Basarnas Ungkap Kondisi Santri yang Kena Robohan Ponpes: Ada yang di Kolong hingga Terhimpit Borders

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 1 Okt 2025, 13:37
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Basarnas Emi Freezer (berdiri menggunakan mic) saat menyampaikan detail teknis upaya evakuasi korban Ponpes Alhozin, di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu 1 Oktober 2025. ANTARA/Fahmi Alfian. Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Basarnas Emi Freezer (berdiri menggunakan mic) saat menyampaikan detail teknis upaya evakuasi korban Ponpes Alhozin, di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu 1 Oktober 2025. ANTARA/Fahmi Alfian. (Antara)

Ntvnews.id, Sidoarjo - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mengungkapkan bahwa hingga saat ini tim SAR gabungan telah menemukan 15 titik keberadaan korban di bawah puing-puing mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, yang ambruk pada Senin 29 September 2025.

Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Basarnas, Emi Freezer, menjelaskan bahwa dari total 15 titik tersebut, delapan korban berada dalam kondisi kesadaran berstatus hitam, sementara tujuh lainnya berstatus merah.

"Dari tujuh titik korban yang berstatus merah, enam di antaranya posisi ada di kolom samping yang tidak bisa diakses secara langsung atau zona A2, hanya lewat celah kecil kolom utama (tengah)," ujar Freezer kepada wartawan di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu.

Ia menambahkan, satu korban lainnya berada di dekat kolom utama atau zona A1. “Korban tersebut tetap responsif, namun tidak dapat menggerakkan badannya lantaran terhimpit bordes,” jelasnya.

Baca Juga: Santri Ponpes Al Khoziny Sempat Dihukum Ikut Ngecor Bangunan yang Ambruk

Menurut Freezer, dalam masa krusial 72 jam pertama pasca-runtuhnya bangunan, tim SAR gabungan terus memprioritaskan evakuasi tujuh korban dengan status merah. Upaya penyelamatan dilakukan dengan menyalurkan oksigen, makanan, hingga infus secara berkala.

Hingga kini, komunikasi dengan para korban berstatus merah dilakukan melalui suara. Sementara untuk memantau kondisi visual, tim menggunakan kamera khusus yang bisa menembus celah sempit di bawah reruntuhan.

Freezer juga menyampaikan, sampai saat ini tim gabungan telah berhasil mengevakuasi 11 orang dari bawah reruntuhan. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya meninggal dunia. “Satu korban dilaporkan meninggal di rumah sakit pada Senin 29 September 2025, sedangkan dua lainnya meninggal pada Selasa (30/9),” terangnya.

Namun, pihak berwenang belum dapat memastikan jumlah pasti korban yang masih tertimbun. Adapun 15 titik korban yang telah terdeteksi hingga hari ini belum bisa dijadikan acuan sebagai total keseluruhan korban yang berada di bawah reruntuhan.

 

(Sumber : Antara)

x|close