Ntvnews.id, Jakarta - Di balik runtuhnya bangunan tiga lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, tersimpan kisah unik mengenai hukuman bagi santri. Mereka yang kedapatan tidak mengikuti kegiatan tertentu bisa mendapatkan “tugas tambahan” berupa membantu mengecor bangunan.
Seorang santri Ponpes Al Khoziny menjelaskan bahwa praktik ini sudah seperti tradisi di pondok tersebut. Jika ada santri yang bolos kegiatan, mereka biasanya diminta ikut membantu pengecoran, termasuk bangunan yang ambruk pada Senin, 29 September 2025.
"Itu banyak tukang sih. (Santri) itu ikut bantuin. Kalau santri enggak wajib itu. Cuma apa kayak hukuman, misal hukuman lah. Kayak (kalau) enggak ikut kegiatan itu nanti disuruh bantuin ngecor gitu," kata Santri Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Rabu, 1 Oktober 2025.
Baca Juga: Penyebab Robohnya Mushola di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Makan Korban Jiwa
Selama enam tahun menimba ilmu di pondok, santri ini menuturkan bahwa hukuman tersebut sebenarnya lebih bersifat ikut proses daripada melakukan pengecoran sendiri. Santri hanya membantu pekerjaan yang biasa dilakukan tukang bangunan, sehingga tidak sepenuhnya mengerjakan sendiri.
"Setelah kejadian ini InsyaAllah saya pulang ke kampung halaman," ujarnya.
Pada saat ambruknya bangunan yang masih dalam proses pengerjaan, santri tersebut tidak berada di lokasi. Ia tiba setelah bangunan sudah runtuh. Saat insiden terjadi, ratusan santri sedang menunaikan salat Asar di musala yang tengah dibangun.
Baca Juga: 91 Santri Masih Tertimbun di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
"Pas saya sampai sana ya memang ambruk itu musalanya itu. Pas pada saat salat, jemaah (dan) imamnya selamat tapi jemaahnya banyak yang enggak selamat," katanya.
Kisah serupa datang dari keluarga korban luka, seorang warga Madura. Keponakannya berada di dekat santri yang sedang bertugas mengecor musala sebelum bangunan itu ambruk.
"Jadi lagi ngecor, jatuh, luka di wajah, terus giginya copot," pungkasnya.