Ntvnews.id, Jakarta - RSI Siti Hajar Sidoarjo mencatat, dari korban reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, terdapat dua santri yang berada di zona merah atau dalam kondisi kritis.
Satu dari santri tersebut mengalami kondisi kritis dan saat ini mendapatkan penanganan di RS Siti Hajar. Sementara satu santri lainnya segera dirujuk ke RSU Assakinah Medika untuk perawatan lebih lanjut.
“Pasien yang di zona merah ada satu pasien yang rencana akan dirujuk,” ujar Andiani, dokter sekaligus Wakil Direktur Medis RSI Siti Hajar Sidoarjo, Senin, 29 September 2025 kemarin.
Menurut Andiani, pemindahan pasien ke rumah sakit lain diperlukan karena korban mengalami cedera pada kepala dan leher yang membutuhkan penanganan bedah syaraf.
“Karena di sini tidak memiliki bedah syaraf, jadi kami rujuk di RS Assakinah yang bedah syaraf nya sudah siap,” tambahnya.
Baca Juga: BNPB: 1 Santri Tewas Akibat Ambruknya Bangunan Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo
Hingga saat ini, total pasien yang dirawat inap di RSI Siti Hajar tercatat sembilan orang, sedangkan 24 orang lainnya sudah pulang bersama orang tua. Dengan demikian, total pasien yang mendapat penanganan di rumah sakit ini mencapai 36 orang.
Beberapa korban juga mengalami patah tulang. Pihak rumah sakit memastikan sebagian besar pasien hanya mengalami luka ringan, yang dirawat di RS Sakinah. Namun, empat pasien akan menjalani operasi patah tulang pada hari ini, Senin 30 September 2025.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi satu santri meninggal dunia akibat ambruknya bangunan Ponpes Al-Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, pada Senin, 29 September 2025.
Baca Juga: VIDEO: Ngerinya Bangunan Musala Ambruk, Santri Tertimpa Reruntuhan
"Satu orang meninggal dunia,” ujar Kepala Bidang Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dodi Yuleova, saat menjawab pertanyaan pewarta di Jakarta, Selasa.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, memastikan tim gabungan dari Basarnas, TNI/Polri, BPBD, Damkar, hingga relawan, terus bekerja untuk memastikan tidak ada korban yang masih tertimbun reruntuhan.
“Jadi ini dilakukan untuk memastikan betul tidak ada yang terlewat, dicari, dicek, dicari, dicek ulang terus. Oksigen dan air disuplai ke dalam, oksigen pakai tabung, pakai selang itu, supaya yang di dalam bisa bertahan selama proses evakuasi. Jadi itu fokus kita sekarang,” ujar Emil saat ditemui di RSI Siti Hajar.