Trump Beri Ultimatum, Desak Maduro Mundur dan Tinggalkan Venezuela

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 2 Des 2025, 16:34
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. ANTARA/Anadolu/pri. Ilustrasi - Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. ANTARA/Anadolu/pri. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan memberikan ultimatum kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk segera melepaskan jabatannya dan meninggalkan negara tersebut, dengan tawaran jaminan keamanan bagi dirinya dan keluarga.

Menurut laporan Miami Herald, Senin 1 Desember 2025, pesan tersebut disampaikan Trump melalui sambungan telepon di tengah kesiapan militer AS untuk kemungkinan melancarkan operasi darat di Venezuela. Trump disebut meminta Maduro beserta orang-orang terdekatnya—termasuk istrinya Cilia Flores dan anaknya—untuk hengkang demi membuka jalan bagi pemerintahan demokratis.

Sumber yang dikutip harian tersebut menyebut Maduro meminta “pengampunan global atas kejahatan apa pun yang dilakukan dirinya dan kelompoknya,” namun permintaan itu ditolak Washington. Mereka juga meminta agar tetap dapat mengendalikan angkatan bersenjata, serupa dengan kesepakatan politik di Nikaragua pada 1991 di bawah Presiden Violeta Chamorro.

Sebagai imbalan, kelompok Maduro disebut bersedia membuka ruang bagi pemilu bebas di Venezuela.

Baca Juga: Ketegangan AS–Venezuela Meningkat, Trump Akui Berkomunikasi dengan Maduro

Trump pada Minggu mengonfirmasi bahwa dirinya memang berbicara lewat telepon dengan Maduro, namun menolak mengungkap isi percakapannya. Pemberitaan ini muncul di tengah memanasnya hubungan Washington–Caracas, terutama setelah Trump menyatakan bahwa wilayah udara Venezuela akan “sepenuhnya ditutup,” yang kemudian dikecam pemerintah Venezuela.

Ketegangan meningkat setelah Departemen Luar Negeri AS menetapkan kartel Cartel de los Soles sebagai organisasi teroris asing (FTO) sejak 24 November. Washington menuding kelompok itu dipimpin oleh Maduro dan sejumlah pejabat tinggi yang dianggap sebagai bagian dari “rezim tidak sah” di Venezuela.

(Sumber : Antara)

x|close