Ntvnews.id, Washington D.C - Anggota Kongres Amerika Serikat dari Partai Republik, Maria Salazar, menyampaikan bahwa Presiden Venezuela Nicolas Maduro memahami bahwa Amerika Serikat "hampir memasuki" wilayah negara tersebut. Pernyataan itu ia ungkapkan dalam wawancara dengan Fox News pada Senin, 1 Desember 2025.
“Maduro bukan Fidel Castro. Maduro bukan sosok yang berani. Dia tahu kami hampir masuk,” ujar Salazar, merujuk pada potensi intervensi AS terhadap Venezuela, dikutip dari Reuters, Selasa, 1 Desember 2025.
Salazar berpendapat bahwa langkah Washington untuk mendorong perubahan kepemimpinan di Venezuela akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Amerika Serikat. Ia menyoroti bahwa Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, bahkan melebihi Arab Saudi. Menurutnya, keterlibatan perusahaan minyak AS dapat membuka aktivitas ekonomi senilai lebih dari satu triliun dolar AS.
Baca Juga: Trump Serukan Penutupan Wilayah Udara, Ini Reaksi Tak Terduga Venezuela
Ia menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan energi Amerika berpeluang masuk dan memperbaiki infrastruktur migas Venezuela, mulai dari kilang hingga berbagai instalasi pendukung industri minyak dan gas yang saat ini mengalami kerusakan berat. Menurut Salazar, kesempatan tersebut akan menjadi keuntungan besar bagi sektor energi AS.
Salazar juga menyinggung keputusan Gedung Putih yang menetapkan pemerintahan Maduro sebagai organisasi teroris asing, yang menurutnya menempatkan pemimpin Venezuela itu dalam “bidikan langsung” Washington.
Dalam pernyataannya, Salazar menuduh Venezuela menjadi lokasi beroperasinya kelompok yang dianggap sebagai musuh Amerika Serikat, seperti Iran, Hizbullah, Hamas, Kuba, dan Nikaragua. Ia juga menuduh Maduro memimpin Cartel de los Soles, yang disebut sebagai organisasi kriminal transnasional.
Arsip foto - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyampaikan pidato setelah konferensi pers dengan anggota pers internasional di Hotel Eurobuilding di ibu kota Caracas, 15 September 2025. ANTARA/Ivan Mcgregor/Andolu/pri. (Antara)
Kelompok tersebut telah didakwa oleh dewan juri federal AS atas perdagangan narkotika, dan pada hari yang sama ditetapkan secara resmi sebagai organisasi teroris asing oleh pemerintah Amerika Serikat.
Ketegangan antara kedua negara meningkat di tengah aktivitas militer AS yang semakin intens di kawasan Amerika Latin dalam beberapa bulan terakhir. Washington dilaporkan mengerahkan marinir, kapal perang, jet tempur, pesawat pengebom, kapal selam, serta drone, memicu spekulasi bahwa AS sedang mempersiapkan kemungkinan serangan militer terhadap Venezuela.
Meski situasi memanas, Presiden AS Donald Trump pekan lalu menyatakan bahwa ia akan segera berbicara dengan Presiden Nicolas Maduro, menandakan bahwa jalur komunikasi masih terbuka di tengah eskalasi politik dan militer.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. ANTARA/Anadolu/py/am. (Antara)