Ntvnews.id, Quito - Pihak berwenang melaporkan bahwa 13 narapidana ditemukan tewas pada akhir pekan di sebuah penjara di Ekuador. Insiden tersebut terjadi di fasilitas pemasyarakatan yang berada di kota pesisir Machala dan saat ini tengah dalam proses penyelidikan.
Dilansi dari Reuters, Selasa, 9 Desember 2025, otoritas penjara negara bagian, SNAI, dalam pernyataannya menyampaikan bahwa jenazah para narapidana ditemukan polisi setelah terjadi "ledakan alat peledak" di luar area penjara.
Media lokal melaporkan bahwa para korban diduga meninggal akibat asfiksia, yakni kematian yang dipicu oleh kekurangan udara.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa ledakan terjadi sekitar 100 meter dari kompleks penjara dan diduga dipicu oleh pesawat tanpa awak (drone) yang sengaja digunakan untuk mengalihkan perhatian para penjaga.
Baca Juga: Mantan Ibu Negara Korsel Kim Keon-hee Dituntut Hukuman Penjara 15 Tahun
SNAI mengungkapkan bahwa proses otopsi dan "prosedur rutin" lainnya sedang dilakukan untuk memastikan penyebab pasti kematian para narapidana.
Penjara yang sama juga pernah mengalami tragedi sebelumnya. Pada bulan lalu, 31 narapidana tewas kebanyakan akibat sesak napas dalam kerusuhan bersenjata yang mematikan. Pada akhir September, 14 orang lainnya, termasuk seorang sipir, tewas dalam bentrokan bersenjata lain di lokasi tersebut.
Ilustrasi - Tahanan di dalam penjara. ANTARA/HO-Shutterstock/pri (Antara)
Ekuador dalam beberapa tahun terakhir dikenal memiliki kondisi penjara yang rawan kekerasan. Fasilitas-fasilitas ini sering dimanfaatkan sebagai pusat operasi geng-geng narkoba yang saling bersaing. Tidak jarang muncul foto-foto jenazah yang dimutilasi atau dibakar dari dalam penjara dan menjadi viral di media sosial.
Baca Juga: Mantan Ketua PN Jaksel Dijatuhi Vonis 12,5 Tahun Penjara Dalam Perkara Suap CPO
Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika (IACHR) mencatat bahwa setidaknya 663 narapidana telah tewas akibat kekerasan di penjara-penjara Ekuador sejak 2020.
Presiden Daniel Noboa menerapkan kebijakan garis keras terhadap kejahatan terorganisir, mirip dengan pendekatan Presiden El Salvador Nayib Bukele. Pada 2024, Noboa bahkan menyatakan Ekuador berada dalam kondisi konflik bersenjata internal dalam upaya memberantas kartel narkoba.
Ilustrasi mayat (freepik/ kjpargeter)