Ntvnews.id, Jakarta - Upaya redenominasi rupiah, yakni penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengubah daya belinya, telah dilakukan oleh banyak negara di dunia. Tujuannya biasanya untuk mempermudah transaksi, memperbaiki citra ekonomi, atau menyesuaikan sistem keuangan pasca inflasi tinggi.
Namun, tidak semua negara berhasil mewujudkannya. Sejumlah contoh menunjukkan bagaimana kebijakan redenominasi justru berakhir dengan kegagalan, memberikan pelajaran penting bagi negara lain yang berniat melakukannya, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Resmi Menjabat, Kepala BRIN Arif Satria Ajak Sivitas Akademika Bersama Ciptakan Masa Depan
1. Zimbabwe
Mata uang baru Zimbabwe, Zimbabwe Gold atau disingkat ZiG. (Tangkapan layar X)
Zimbabwe pernah melakukan redenominasi dengan menghapus tiga angka nol pada mata uang dollarnya, misalnya, 20.000 dollar menjadi 20 dollar. Kebijakan itu diambil setelah negara tersebut mengalami hiperinflasi ekstrem antara 2006–2009, yang bahkan memaksa pemerintah mengganti mata uangnya sebanyak empat kali.
Terakhir, Zimbabwe menggunakan dollar Zimbabwe keempat setelah pergantian dari versi ketiga. Puncak krisis terjadi ketika inflasi mencapai 79,6 miliar persen per bulan, memaksa pemerintah menghapus 12 nol dari nominal lama pada 2009. Nilai satu dollar baru setara dengan satu triliun dollar lama.
Dengan nilai tukar yang terus anjlok, pemerintah akhirnya melegalkan penggunaan mata uang asing seperti dollar AS dan rand Afrika Selatan. Meski demikian, pada 2019 Zimbabwe kembali ke mata uang nasionalnya, langkah yang memperlihatkan betapa sulitnya menstabilkan ekonomi melalui redenominasi semata.
Baca Juga:Trailer Film Michael Pecah Rekor Dunia Gara-gara Jaafar Jackson Aksi Moonwalk
2. Brasil
Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn (kanan) menerima kunjungan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva (kiri) di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Jumat (24/10/2025). Kunjungan tersebut untuk memperdalam kerja sama ASEAN-Brasil di bidang-bidang prioritas seperti (ANTARA)
Dilansir dari Kompas.id, Brasil juga menjadi contoh nyata betapa redenominasi tanpa reformasi ekonomi menyeluruh bisa berujung sia-sia. Negara ini telah melakukan redenominasi hingga enam kali dan memangkas total 18 digit mata uangnya.
Menurut sebuah jurnal penelitian yang dilakukan Nwaoba (2010), redenominasi mata uang selama 6 kali itu dilakukan sepanjang 25 tahun. Ironisnya, dari semua percobaan redenominasi yang dilakukan, semuanya gagal. Pemerintah Brasil gagal mengendalikan inflasi yang terus menggerogoti fondasi ekonominya.
3. Venezuela
Pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado (ANTARA)
Venezuela menghadapi kisah serupa. Dikutip dari Reuters, negara ini memotong enam angka nol pada mata uang bolivar untuk mengatasi hiperinflasi pada 2021. Sebelumnya, pada 2018, di bawah pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, Venezuela juga telah melakukan redenominasi dengan menghapus lima angka nol.
Namun, seperti disebutkan dalam laporan itu, redenominasi tidak berpengaruh apapun. Inflasi tetap melambung, dan kondisi ekonomi memburuk. Nasib redenominasi di Venezuela sama dengan yang terjadi di Zimbabwe, di mana satu dollar mata uang baru setara dengan 1 triliun dollar lama.
Baca Juga:Video Selfie Terakhir 2 Penyanyi Cantik Sebelum Tewas Terlindas Truk
4. Ghana
Bendera Ghana (Pexels)
Dikutip dari My Joy Online, Ghana melakukan redenominasi sejak 2007. Akan tetapi, langkah itu tidak menghasilkan penguatan nilai mata uang secara berkelanjutan. Negara tersebut tidak pernah mencatat kenaikan tahunan kumulatif terhadap dollar pasca redenominasi.
Bahkan, depresiasi paling tajam terjadi selama krisis 2014, 2022, dan 2023, masa-masa yang ditandai oleh ketidakstabilan fiskal dan guncangan eksternal. Baru sekitar akhir Oktober lalu, cedi Ghana mencatatkan apresiasi tahunan pertamanya terhadap dollar Amerika.
5. Rusia
Arsip - Presiden Rusia Vladimir Putin. (Xinhua) (Antara)
Kegagalan juga dialami Rusia. Pada 1998, pemerintah di sana menerapkan redenominasi rubel dengan menghapus tiga angka nol ketika inflasi masih sekitar 15 persen. Tujuan utamanya adalah menstabilkan ekonomi pascakrisis.
Namun, upaya tersebut tidak berhasil. Justru setahun kemudian, keputusan ini memperburuk kondisi makroekonomi dengan mendorong inflasi yang menembus 120 persen. Langkah yang dimaksud untuk memulihkan kepercayaan malah memperburuk keadaan.
Baca Juga: Rumah di Tambora Terbakar Hebat Sore Ini
6. Nigeria
Bendera Nigeria (Pexels)
Nigeria pun mencatat pengalaman pahit. Dilansir dari laman Business Standard, negara ini melakukan redenominasi pada 1984 dengan menerbitkan uang kertas baru. Sayangnya, kebijakan tersebut justru memicu demonstrasi mahasiswa pertama, yang akhirnya menggagalkan strategi pemerintah untuk memperbaiki ekonomi yang terlilit utang.
Pemerintah Nigeria pun gagal menahan laju inflasi yang semakin parah, menandai kegagalan upaya redenominasi yang didorong tanpa fondasi ekonomi yang kuat.
Mata uang baru Zimbabwe, Zimbabwe Gold atau disingkat ZiG. (Tangkapan layar X)