Ntvnews.id, Madagaskar - Sedikitnya 1.000 demonstran anti-pemerintah turun ke jalan di ibu kota Madagaskar, Antananarivo, pada Kamis lalu untuk menuntut Presiden Andry Rajoelina mengundurkan diri dari jabatannya.
Aksi ini menjadi gelombang protes terbesar dalam beberapa tahun terakhir di negara kepulauan tersebut. Kepolisian dikerahkan untuk membubarkan massa dengan tembakan gas air mata, granat kejut, dan peluru karet setelah kerumunan semakin membesar di pusat kota.
Dilansir dari Anadolu Agency, Minggu, 12 Oktober 2025, gerakan ini dipelopori oleh “Gen Z Madagaskar,” sebuah koalisi mahasiswa dan pemuda yang awalnya menyoroti pemadaman listrik dan gangguan pasokan air yang terjadi terus-menerus.
Namun, keluhan sosial tersebut berubah menjadi tuntutan politik setelah keputusan Presiden Rajoelina membubarkan kabinet dan menunjuk pejabat baru di sejumlah kementerian dianggap gagal meredam ketegangan publik.
Baca Juga: Bobroknya Pendidikan dan Kesehatan Buat Maroko Carut-marut Berbuntut Demonstrasi Besar
Dalam pidatonya di istana negara sehari sebelumnya, Rajoelina menuding kelompok yang menuntut pengunduran dirinya berupaya “menghancurkan negara.” Ia juga menegaskan komitmennya untuk memperbaiki kondisi Madagaskar dengan mengatakan bahwa ia akan “mengubah nasib Madagaskar dalam waktu satu tahun.”
Sementara itu, pengacara yang mewakili para demonstran menyampaikan kepada wartawan bahwa sebanyak 28 orang telah diserahkan ke kantor kejaksaan untuk menghadapi dakwaan resmi atas keterlibatan mereka dalam aksi protes tersebut.
Gelombang demonstrasi yang dipicu oleh krisis ekonomi dan infrastruktur ini menjadi ujian politik paling serius bagi pemerintahan Rajoelina sejak ia kembali berkuasa pada tahun 2019.