Ntvnews.id, Jakarta - Sejumlah aktivis Malaysia yang tergabung dalam misi Global Sumud Flotilla untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza mengungkapkan pengalaman memilukan selama berada dalam tahanan Israel. Mereka mengaku menghadapi perlakuan tidak manusiawi setelah kapal mereka dicegat di perairan internasional.
Dua di antara mereka, Heliza Helmi dan Hazwani Helmi, yang dikenal sebagai penyanyi dan aktris asal Malaysia, tiba di Istanbul, Turki, pada Sabtu, 4 Oktober 2025 setelah dideportasi oleh otoritas Israel. Dalam wawancara dengan kantor berita Anadolu Agency, keduanya menggambarkan perlakuan “brutal” dan “kejam” yang mereka alami selama ditahan, sebagaimana dilansir Selasa, 7 Oktober 2025.
Pesawat yang membawa para aktivis Global Sumud Flotilla termasuk 137 orang dari berbagai negara, di antaranya 36 warga Turki dan 23 warga Malaysia mendarat di Bandara Istanbul pada Sabtu malam waktu setempat. Setelah dipindahkan dari Israel, mereka langsung dibawa ke Institut Kedokteran Forensik Istanbul untuk menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum memberikan kesaksian kepada jaksa penuntut Turki sebagai saksi atas insiden tersebut.
Baca Juga: Chery Selenggarakan Kontes Teknisi Nasional, Siapkan SDM Otomotif Menuju Level Global
Dalam keterangannya kepada Anadolu Agency, Hazwani menegaskan bahwa partisipasi mereka dalam misi kemanusiaan itu didasari oleh tanggung jawab moral dan religius.
"Kewajiban kita sebagai Muslim adalah membantu mereka, dan kita perlu menghentikan blokade serta mengirimkan makanan dan bantuan kepada warga Palestina," ucap Hazwani, yang bergabung bersama saudara perempuannya, Heliza.
Kakak-beradik tersebut juga menuturkan kondisi mengenaskan yang mereka alami selama penahanan oleh Israel.
"Bisakah Anda bayangkan kami minum dari air toilet? Beberapa orang sakit parah, tetapi mereka (pasukan Israel) mengatakan: 'Apakah mereka mati? Jika tidak, maka itu bukan masalah saya'. Mereka orang-orang yang sangat, sangat kejam," tutur Hazwani.
Ia menambahkan, "Dan saya pikir dunia perlu memberi tahu bahwa orang-orang Israel adalah orang-orang yang sangat, sangat kejam."
Baca Juga: Deretan Fakta Israel Cegat Armada Global Sumud Flotilla
Sementara itu, Heliza mengaku dirinya tidak mendapat makanan selama tiga hari penuh. "Saya makan pada 1 Oktober. Hari ini (4 Oktober-red) adalah makan pertama saya. Jadi selama tiga hari, saya tidak makan -- hanya minum dari toilet," ujarnya dengan nada getir.
Kesaksian serupa juga datang dari Paolo Romano, anggota dewan daerah Lombardy, Italia, yang turut serta dalam misi tersebut. Kepada AFP setibanya di Bandara Istanbul, Romano menuturkan bahwa para aktivis mengalami kekerasan fisik dan psikologis. Menurutnya, setelah kapal mereka dicegat, para aktivis dibawa ke penjara tanpa akses keluar dan bahkan tidak diberi air minum kemasan.
"Mereka membuka pintu di malam hari dan meneriaki kami dengan senjata untuk menakut-nakuti kami," kata Romano. Ia menambahkan, "Kami diperlakukan seperti binatang."
Kesaksian para aktivis ini menambah panjang daftar tuduhan pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap peserta misi kemanusiaan yang bertujuan menembus blokade Gaza.