Ntvnews.id, Roma - Sebanyak 11 kapal kemanusiaan kembali berlayar dari Italia menuju Jalur Gaza dalam upaya menembus blokade maritim Israel yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Misi ini merupakan bagian dari inisiatif Freedom Flotilla Coalition (FFC), menyusul penangkapan 42 kapal Global Sumud Flotilla (GSF) oleh militer Israel pada awal Oktober lalu.
Salah satu kapal yang menjadi sorotan dalam rombongan terbaru ini adalah kapal Conscience, yang membawa puluhan jurnalis internasional dan tenaga medis dari 25 negara. Kapal tersebut disebut sebagai kapal terbesar dalam armada kemanusiaan yang pernah diberangkatkan oleh FFC.
“Conscience bukan sekadar nama, tetapi simbol dari keteguhan hati melawan blokade ilegal Israel dan panggilan moral bagi dunia untuk membuka mata terhadap penderitaan warga Gaza,” ujar Huwaida Arraf, anggota Komite Pengarah FFC, dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Minggu, 5 Oktober 2025.
Baca Juga: Relawan Global Sumud Flotilla yang Ditahan Israel Lakukan Mogok Makan
Baca Juga: Israel Cegat Kapal Terakhir Global Sumud Flotilla, 44 Kapal Ditahan
Arraf mengungkapkan bahwa Conscience sebelumnya pernah menjadi target serangan udara Israel di lepas pantai Malta pada Mei 2025. Namun, kapal tersebut kini berlayar kembali membawa misi kemanusiaan, mendukung para tenaga medis dan jurnalis yang berupaya menjangkau rekan mereka di Gaza yang masih terisolasi akibat blokade.
Selain Conscience, terdapat 10 kapal lain yang telah lebih dulu meninggalkan pelabuhan Catania, Italia, pada 25 dan 27 September 2025. Keseluruhan armada ini merupakan kolaborasi antara Freedom Flotilla Coalition dan organisasi Thousand Madleens.
Adapun kapal-kapal yang ikut berlayar antara lain Abd Elkarim Eid, Al-Awda, Alaa Al-Najjar, Anas Al-Sharif, Gaza Sunbird, Ghassan Kanafani, Leïla Khaled, Milad, Soul of My Soul, dan Umm Saad. Posisi kapal-kapal tersebut dapat dipantau secara langsung melalui situs resmi globalsumudflotilla.org/tracker maupun thousandmadleens.fr/tracker.
Misi Freedom Flotilla terus menuai perhatian internasional karena dinilai menjadi simbol perlawanan terhadap blokade yang memperparah krisis kemanusiaan di Gaza. Meski dihadang berulang kali, FFC menyatakan akan tetap berlayar hingga bantuan medis dan kemanusiaan benar-benar tiba di tangan warga Palestina.