Trump Perintahkan Israel Hentikan Serangan di Gaza

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Okt 2025, 06:37
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Adiantoro
Editor
Bagikan
Arsip - Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Arsip - Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (ANTARA)

Ntvnews.id, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menginstruksikan Israel untuk menghentikan serangan udara di Jalur Gaza pada Jumat lalu, setelah kelompok pejuang Palestina Hamas menyatakan kesediaannya menerima sebagian dari proposal 20 poin yang diajukan untuk mengakhiri perang dan membebaskan seluruh sandera yang masih ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023.

Hamas menyatakan siap melepaskan para sandera dan menyerahkan kendali pemerintahan kepada faksi-faksi Palestina lainnya. Namun, beberapa bagian dari rencana 20 poin yang disusun Trump masih memerlukan pembahasan internal. Sejumlah petinggi Hamas menekankan bahwa masih ada perbedaan signifikan yang harus diselesaikan melalui negosiasi tambahan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya bersedia melaksanakan “tahap pertama” dari rencana Trump, yang diperkirakan berkaitan dengan pembebasan sandera. Namun, pernyataan resmi dari kantornya menegaskan bahwa Israel tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam upaya mengakhiri perang, tanpa mengomentari perbedaan pandangan dengan Hamas.

Trump menyambut baik sikap Hamas tersebut. “Saya yakin mereka siap untuk PERDAMAIAN yang langgeng. Israel harus segera menghentikan pengeboman di Gaza agar kita bisa menyelamatkan para sandera dengan aman dan cepat! Saat ini terlalu berbahaya untuk melakukannya," tulisnya di media sosial, dikutip dari The Korea Herald, Minggu, 5 Oktober 2025.

Baca Juga: PBB Terus Jalin Dialog dengan AS Terkait Rencana Trump untuk Perdamaian Gaza

Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan bahwa masa depan Gaza dan hak-hak rakyat Palestina harus ditentukan berdasarkan “kesepakatan nasional Palestina yang bulat” sesuai dengan hukum internasional. Namun, kelompok itu tidak menyinggung mengenai pelucutan senjata — salah satu tuntutan utama Israel dalam proposal yang digagas Trump.

Langkah Trump ini dinilai sebagai upaya untuk menepati janjinya mengakhiri perang dan memastikan pembebasan sandera sebelum peringatan dua tahun serangan 7 Oktober. Negara-negara mediator seperti Mesir dan Qatar menyambut positif perkembangan terbaru tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, menegaskan bahwa proses pembahasan akan terus berlanjut.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan kepada seluruh pihak “memanfaatkan peluang untuk mengakhiri konflik tragis di Gaza,” sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menuliskan di media sosial bahwa “pembebasan seluruh sandera dan gencatan senjata di Gaza kini berada dalam jangkauan.”

Organisasi yang mewakili keluarga sandera Israel menyambut baik langkah Trump untuk menghentikan pertempuran, menyebutnya sebagai tindakan penting “untuk mencegah bahaya serius dan tidak dapat diubah terhadap para sandera,” serta mendesak Netanyahu untuk “segera memulai negosiasi cepat dan efektif.”

Sebelumnya, Trump juga memperingatkan Hamas bahwa jika kesepakatan tidak tercapai hingga Minggu malam, maka “NERAKA, seperti yang belum pernah terlihat sebelumnya, akan menimpa Hamas.”

Baca Juga: Palestina Dukung 20 Poin Susulan Trump untuk Akhiri Perang di Gaza

Dalam rencana yang diumumkan awal pekan ini bersama Netanyahu, Hamas diminta untuk membebaskan 48 sandera yang tersisa - dengan sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup - dalam waktu tiga hari. Selain itu, Hamas juga harus menyerahkan kendali atas Gaza dan melucuti senjata.

Sebagai imbalannya, Israel akan menghentikan operasi militernya, menarik pasukan dari sebagian besar wilayah Gaza, membebaskan ratusan tahanan Palestina, serta membuka jalur bagi bantuan kemanusiaan dan proses rekonstruksi berskala besar. Rencana relokasi warga Gaza ke negara lain juga akan dibatalkan.

Wilayah yang dihuni sekitar dua juta orang itu nantinya akan berada di bawah pemerintahan transisi internasional yang diawasi langsung oleh Trump dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Namun, rencana tersebut tidak mencakup integrasi dengan Tepi Barat yang masih diduduki Israel, maupun pembentukan negara Palestina di masa depan.

Meskipun banyak warga Palestina mendambakan berakhirnya perang, sejumlah faksi tetap bersikap skeptis karena menilai proposal Trump terlalu menguntungkan Israel. Pejabat senior Hamas, Mousa Abu Marzouk, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa rencana tersebut “tidak dapat dilaksanakan tanpa proses negosiasi.”

Ia juga menambahkan bahwa membebaskan seluruh sandera dalam waktu 72 jam merupakan hal yang sulit dilakukan, sebab pencarian beberapa jenazah masih memerlukan waktu lebih lama.

 D

x|close