Ntvnews.id, Kanada - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis menyerukan kepada Israel untuk menghormati hukum maritim internasional dan memastikan keselamatan warga sipil saat menyerang armada Global Sumud Flotilla, yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
“Tentu, kami meyakini hukum laut internasional harus ditegakkan,” ujar juru bicara PBB, Farhan Haq, dalam konferensi pers.
Farhan juga menekankan bahwa prioritas utama PBB adalah memastikan keselamatan semua orang di atas kapal dan memperlakukan mereka dengan adil, menghormati hak serta martabat mereka. Ia juga menanggapi soal pelanggaran hukum laut yang dilakukan Israel.
“Kami memahami Hukum Laut, dan kami yakin semua negara harus mematuhinya," ujarnya.
Meskipun mengakui klaim Israel mengenai koridor keamanan Haq menekankan bahwa tidak boleh ada yang terluka setiap orang yang berada di kapal tersebut.
“Bagi kami, prioritasnya adalah memastikan tidak ada seorang pun yang berada di kapal kemanusiaan ini yang terluka," ujarnya.
Ia juga menegaskan dukungan PBB terhadap misi kemanusiaan ini.
“Kami ingin semua upaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza didukung penuh," ujarnya.
Baca Juga: Pelapor Khusus PBB Tekankan Masa Depan Gaza Bukan Bergantung pada Rencana Trump
Ketika ditanya apakah armada itu dianggap sebagai bentuk eskalasi atau provokasi.
“Tidak. Kami tidak menganggap armada itu eskalasi, tetapi kami menyadari bagaimana konsekuensi ini terjadi di darat dan di perairan," ungkap Haq.
PBB menekankan pentingnya penyelesaian damai tanpa kekerasan, khususnya bagi mereka yang terlibat dalam aksi kemanusiaan.
“Kami yakin bahwa orang-orang yang hanya membawa bantuan kemanusiaan seharusnya tidak diserang," tegasnya.
Menurut penyelenggara, angkatan laut Israel menyerang armada ketika mendekati pantai Gaza pada Rabu malam dan menahan setidaknya 443 aktivis. K
omite Internasional untuk Menembus Blokade di Gaza (ICBSG) mengonfirmasi bahwa 22 kapal diserang dan disita oleh Israel, sementara 19 kapal diyakini mengalami serangan tetapi belum terdokumentasi. Dari empat kapal yang tersisa, dua kapal pendukung berbalik arah, sedangkan kapal Marinet tetap berlayar menuju Gaza, meski terlambat karena kerusakan teknis.
Armada tersebut sebagian besar membawa bantuan kemanusiaan dan pasokan medis, berlayar sejak akhir Agustus. Ini merupakan pertama kalinya dalam beberapa tahun sekitar 50 kapal berlayar bersama menuju Gaza, membawa ratusan pendukung sipil.
Israel telah memberlakukan blokade terhadap Gaza, yang dihuni hampir 2,4 juta orang, selama hampir 18 tahun. Blokade ini diperketat pada Maret dengan menutup penyeberangan perbatasan dan memblokir pengiriman makanan serta obat-obatan, yang memicu bencana kelaparan di daerah kantong Palestina tersebut.
(Sumber : Antara)