Ntvnews.id, Filipina - Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Romeo Brawner, menegaskan penolakan atas seruan sekelompok pensiunan perwira militer yang ingin menggulingkan Presiden Ferdinand Marcos Jr. Brawner menilai upaya tersebut tidak akan memengaruhi profesionalisme militer.
Dalam konferensi pers, Jumat, 3 Oktober 2025, Brawner mengungkapkan bahwa beberapa pensiunan militer yang menentang pemerintahan saat ini terlibat dalam “kegiatan perekrutan” dengan mencoba menghubungi komandan aktif, bahkan menyarankan intervensi melalui kudeta.
“Mereka mengatakan bahwa ada orang lain yang lebih layak menjadi presiden, tapi mereka tidak menyebut siapa orang itu,” ujar Brawner, seperti dikutip Sri Lanka Guardian.
Baca Juga: Kemlu Pastikan Tidak Ada WNI Jadi Korban Gempa Filipina
Ia menegaskan semua usulan tersebut telah ditolak mentah-mentah. Menurutnya, profesionalisme yang tertanam dalam tubuh militer Filipina akan mencegah keterlibatan dalam tindakan yang merugikan negara.
Brawner juga menekankan bahwa keterlibatan militer dalam kudeta hanya akan membawa Filipina mundur bertahun-tahun. “Yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa memulihkan kepercayaan publik,” tambahnya.
Sementara itu, Filipina tengah dilanda investigasi skala besar terkait kasus korupsi dalam proyek infrastruktur perlindungan banjir. Penyelidikan ini awalnya diinisiasi kalangan pengusaha lokal sebelum mendapat dukungan penuh dari Presiden Marcos Jr.
Pada September lalu, Menteri Keuangan Filipina, Ralph Recto, menyatakan negara kehilangan sekitar 25 hingga 70 persen dana publik untuk proyek infrastruktur banjir akibat praktik korupsi.
Baca Juga: Minibus Putih Terbalik Gegara Tabrak Pembatas di Tol Dalam Kota Cawang
Gelombang protes anti-korupsi pun pecah di Manila pada akhir September. Aksi tersebut sempat berujung ricuh, melukai 40 polisi, serta menyebabkan lebih dari 200 pengunjuk rasa ditahan, banyak di antaranya masih di bawah umur.
(Sumber: Antara)