Aktivis Global Sumud Flotilla Beberkan Diperlakukan Seperti Binatang oleh Tentara Israel

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Okt 2025, 06:45
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Arsip - Armada kapal mengikuti misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla ke Jalur Gaza. (ANTARA/Anadolu/py/am) Arsip - Armada kapal mengikuti misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla ke Jalur Gaza. (ANTARA/Anadolu/py/am) (Antara)

Ntvnews.id, Istanbul - Sebanyak 137 aktivis Global Sumud Flotilla yang sebelumnya ditahan oleh otoritas Israel akhirnya tiba di Istanbul, Turki, setelah dideportasi. Para aktivis internasional tersebut mengaku mengalami kekerasan dan "diperlakukan seperti binatang" oleh militer Israel selama proses penahanan.

Dilansir dari Anadolu, Senin, 6 Oktober 2025, Armada Global Sumud Flotilla berlayar sejak bulan lalu dengan misi mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza yang tengah dilanda perang. Kapal-kapal tersebut membawa aktivis dan politisi dari berbagai negara, termasuk Greta Thunberg, aktivis lingkungan asal Swedia.

Namun, Israel memblokade armada tersebut dan menahan lebih dari 400 orang, yang mulai dideportasi pada Jumat. Dari jumlah itu, 137 aktivis dari 13 negara diterbangkan ke Istanbul pada Sabtu, termasuk 36 warga negara Turki.

Mereka tiba menggunakan pesawat Turkish Airlines yang disewa khusus. Di Bandara Istanbul, keluarga dan pendukung para aktivis menyambut kedatangan mereka sambil mengibarkan bendera Turki dan Palestina, meneriakkan slogan “Israel pembunuh.” Setibanya di Istanbul, para aktivis Turki menjalani pemeriksaan medis dan dijadwalkan memberikan kesaksian di pengadilan pada Minggu.

Baca Juga: Relawan Global Sumud Flotilla yang Ditahan Israel Lakukan Mogok Makan

Seorang politisi Italia, Paolo Romano, menceritakan saat-saat kapal mereka dicegat oleh pasukan Israel.

“Kami dicegat oleh sejumlah besar kapal militer,” katanya kepada AFP di bandara Istanbul.

“Beberapa kapal juga terkena meriam air. Semua kapal dievakuasi oleh orang-orang bersenjata lengkap dan dibawa ke pantai,” lanjutnya.

Menurut Romano, militer Israel memaksa para penumpang kapal berlutut dan melakukan kekerasan fisik serta psikologis.

“Mereka memaksa kami berlutut, tengkurap. Dan jika kami bergerak, mereka memukul kami. Mereka menertawakan, menghina, dan memukul kami,” ujarnya.

“Mereka menggunakan kekerasan psikologis dan fisik,” tambahnya.

Romano juga menyebut tentara Israel berusaha memaksa para aktivis dan politisi mengakui bahwa mereka telah memasuki wilayah Israel secara ilegal. Namun, ia menegaskan hal itu tidak benar.

“Tapi kami tidak pernah memasuki Israel secara ilegal. Kami berada di perairan internasional dan merupakan hak kami untuk berada di sana,” tegasnya.

Baca Juga: Deretan Fakta Israel Cegat Armada Global Sumud Flotilla

Setelah dibawa ke daratan, para penumpang ditahan di penjara tanpa izin keluar dan tidak diberi air minum kemasan.

“Mereka membuka pintu di malam hari dan meneriaki kami dengan senjata untuk menakut-nakuti kami,” ujarnya.

“Kami diperlakukan seperti binatang,” imbuh Romano.

Sementara itu, aktivis asal Malaysia, Iylia Balqis (28), menggambarkan pencegatan kapal oleh Israel sebagai “pengalaman terburuk.”

“Kami diborgol (dengan tangan di belakang punggung), kami tidak bisa berjalan, beberapa dari kami dipaksa berbaring tengkurap di tanah, lalu kami tidak diberi air, dan beberapa dari kami tidak diberi obat,” katanya.

Jurnalis Italia Lorenzo D’Agostino, yang ikut dalam armada untuk meliput misi kemanusiaan tersebut, menyebut bahwa para aktivis “diculik di perairan internasional” sekitar 88 kilometer dari Gaza.

“Dua hari yang mengerikan yang kami habiskan di penjara. Kami sekarang bebas berkat tekanan dari publik internasional yang mendukung Palestina,” ujarnya.

“Saya sangat berharap situasi ini segera berakhir karena perlakuan yang kami terima sangat biadab,” tambahnya.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Israel mengonfirmasi deportasi 137 aktivis dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Italia, Inggris, Swiss, dan Yordania.

“137 provokator armada Hamas-Sumud dideportasi hari ini ke Turki,” tulis kementerian itu dalam unggahan di platform X (Twitter).

“Israel berusaha untuk mempercepat deportasi semua provokator,” lanjut pernyataan tersebut.

Kasus ini memicu kecaman luas dari kelompok pro-Palestina di berbagai negara, yang menilai tindakan Israel terhadap para aktivis kemanusiaan sebagai pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia.

x|close