Ribuan Warga Israel Turun ke Jalan, Tolak Menduduki Kembali Gaza dan Desak Pertukaran Tahanan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Agu 2025, 21:00
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Warga Palestina mengais sampah untuk mencari sisa-sisa makanan yang masih dapat mereka konsumsi untuk bertahan hidup di tengah krisis kelaparan di Gaza, Palestina, Senin (28/7/2025). Warga Palestina mengais sampah untuk mencari sisa-sisa makanan yang masih dapat mereka konsumsi untuk bertahan hidup di tengah krisis kelaparan di Gaza, Palestina, Senin (28/7/2025). (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Puluhan ribu warga Israel menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di pusat kota Tel Aviv, menuntut pemerintah segera mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dengan kelompok-kelompok Palestina, serta menolak keputusan terbaru untuk kembali menduduki Jalur Gaza.

Dilaporkan oleh Kanal 12 Israel, sekitar 60.000 demonstran berkumpul di Hostage Square pada Sabtu malam, 9 Agustus 2025 waktu setempat. Massa aksi memblokade sejumlah jalan utama sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan yang diambil oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Aksi protes terhadap pemerintah terus meningkat sejak Netanyahu menyetujui rencana pendudukan penuh atas Jalur Gaza—kebijakan yang dinilai oleh keluarga para sandera dan sejumlah tokoh militer justru memperbesar risiko bagi para tawanan dan memperlemah kekuatan militer negara.

Dalam unjuk rasa tersebut, keluarga para sandera menyampaikan pernyataan yang menohok: Anak-anak kami masih berada di Gaza karena seseorang memutuskan untuk meninggalkan mereka.”

Mereka juga mengecam keras keputusan Netanyahu, menyebut bahwa: “Keputusan Netanyahu terkait Gaza bertentangan dengan pendapat Kepala Staf IDF (Eyal Zamir) dan mengorbankan anak-anak kami,” sambil menegaskan bahwa langkah pemerintah tersebut “tidak sejalan dengan kepentingan negara maupun rakyat.”

Eyal Zamir, Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), secara terbuka menentang rencana tersebut. Ia menyebut kebijakan pendudukan ulang Gaza sebagai “jebakan strategis” yang berpotensi menguras kekuatan militer selama bertahun-tahun dan membahayakan nyawa para sandera yang masih ditahan di wilayah tersebut.

Di tengah ketegangan yang terus meningkat, Israel juga menghadapi kecaman internasional terkait operasi militer yang sedang berlangsung di Gaza. Sejak Oktober 2023, lebih dari 61.300 orang dilaporkan tewas akibat serangan, dan wilayah tersebut kini berada di ambang kelaparan akibat kehancuran besar-besaran.

Sebagai respons terhadap dugaan pelanggaran hukum internasional, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada November lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Selain itu, Israel juga sedang menjalani proses hukum di Mahkamah Internasional (ICJ), setelah menghadapi gugatan atas dugaan genosida terkait operasi militer yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

(Sumber: Antara)

x|close