Kematian Akibat Kelaparan di Gaza Meningkat Jadi 188 Jiwa, Termasuk 94 Anak

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Agu 2025, 11:00
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Warga membawa bantuan kemanusiaan di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Palestina (1/8/2025). Warga membawa bantuan kemanusiaan di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Palestina (1/8/2025). (ANTARA)

Ntvnews.id,

 Jakarta - Kementerian Kesehatan di Gaza pada hari Selasa melaporkan bahwa jumlah korban jiwa akibat malnutrisi di wilayah tersebut terus meningkat. Di tengah blokade yang diberlakukan oleh Israel, sebanyak 188 orang telah meninggal dunia, termasuk 94 di antaranya adalah anak-anak.

"Rumah sakit di Gaza telah mencatat delapan kematian akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir, termasuk satu anak. Dengan demikian, jumlah total kematian akibat kelaparan telah meningkat menjadi 188, termasuk 94 anak-anak," ujar kementerian dalam pernyataannya.

Di luar krisis kelaparan, angka korban akibat konflik bersenjata yang dimulai sejak serangan pada 7 Oktober 2023 juga terus bertambah. Hingga saat ini, lebih dari 61.000 warga Palestina telah kehilangan nyawa, dan lebih dari 150 ribu lainnya terluka.

Dalam 24 jam terakhir saja, dilaporkan 87 korban tewas dan 644 korban luka yang kini dirawat di fasilitas medis.

"Jumlah korban agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 61.020 orang, dengan 150.671 orang terluka," demikian menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Gaza.

Sejak 18 Maret, saat Israel kembali meningkatkan intensitas serangannya secara harian, kementerian menyebut bahwa lebih dari 9.500 orang tewas, dan 38.600 lainnya mengalami luka-luka.

Di sisi lain, meskipun Israel sempat kembali membuka sebagian jalur distribusi bantuan pada 27 Juli, jumlah bantuan yang diizinkan masuk masih jauh dari cukup. Menurut otoritas di Gaza, sejak saat itu hanya 674 truk yang berhasil memasuki wilayah tersebut—jumlah yang disebut hanya memenuhi sekitar 14 persen dari kebutuhan minimal warga.

Dalam keterangan resmi, pihak Gaza menyatakan bahwa idealnya sekitar 600 truk bantuan kemanusiaan harus masuk setiap hari, untuk sekadar mencukupi kebutuhan dasar warga, mulai dari pangan, bahan bakar, obat-obatan, hingga perlengkapan pokok lainnya.

Sementara itu, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, pada hari Senin mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi kemanusiaan di Gaza. Ia mengkritik keras tindakan Israel yang terus menahan bantuan, bahkan menilai hal tersebut bisa tergolong kejahatan serius.

Volker Turk mengatakan pada Senin bahwa penolakan Israel untuk menyediakan makanan bagi warga sipil di Gaza dapat merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan menyebut gambaran orang-orang yang kelaparan di Gaza "menyayat hati dan tak tertahankan."

Ia menambahkan bahwa meskipun bantuan masuk sesekali, jumlahnya masih sangat tidak memadai untuk mengatasi kebutuhan besar di lapangan.

Situasi ini bermula dari peristiwa pada 7 Oktober 2023, ketika Israel diserang oleh rentetan roket yang diluncurkan oleh kelompok Hamas dari Jalur Gaza—serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Usai serangan, anggota Hamas juga menerobos perbatasan dan masuk ke wilayah Israel.

Pihak berwenang Israel menyebut bahwa serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang warganya, dan lebih dari 200 orang diculik oleh Hamas.

Sebagai balasan, Israel meluncurkan serangan militer besar-besaran yang oleh banyak pihak disebut sebagai tindakan genosida terhadap warga sipil. Di saat yang sama, Israel juga mengumumkan blokade total terhadap Jalur Gaza, yang menyebabkan penghentian pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan secara menyeluruh.

Sumber: ANTARA

x|close