Ramai Mantan Petinggi Militer Israel Suarakan Akhiri Perang di Gaza

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Agu 2025, 07:50
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Organisasi pro-Palestina telah mengajukan 50 gugatan di pengadilan di seluruh dunia terhadap tentara Israel atas tuduhan melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza, demikian dilaporkan media Israel pada Senin (6/1/2025). Organisasi pro-Palestina telah mengajukan 50 gugatan di pengadilan di seluruh dunia terhadap tentara Israel atas tuduhan melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza, demikian dilaporkan media Israel pada Senin (6/1/2025). (Antara)

Ntvnews.id, Tel Aviv - Sebanyak 19 mantan pejabat tinggi keamanan dan militer Israel secara terbuka menyerukan diakhirinya perang di Gaza. Seruan ini disampaikan melalui sebuah video berdurasi tiga menit yang dirilis pada Minggu malam, 3 Agustus 2025, dan menampilkan sejumlah tokoh penting seperti mantan pimpinan IDF, Mossad, Shin Bet, Intelijen Militer, hingga Kepolisian Nasional Israel.

Dilansir dari Haaretz, Rabu, 6 Agustus 2025, para tokoh tersebut menyatakan bahwa konflik yang semula dianggap sebagai bentuk pembelaan diri yang sah, kini telah kehilangan arah strategis. Mereka memperingatkan bahwa kelanjutan perang justru akan membahayakan keamanan nasional dan nilai-nilai kebebasan yang dijunjung Israel. Menurut mereka, operasi militer yang tak dibarengi dengan visi politik hanya akan memperlemah posisi negara.

Tamir Pardo, mantan Kepala Mossad sekaligus pengkritik keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa Israel berada di titik kritis menuju kekalahan. Ia menegaskan bahwa semua tokoh dalam video tersebut pernah mengambil keputusan di level tertinggi dan kini merasa bertanggung jawab untuk menyuarakan realitas.

Baca Juga: Indonesia Kecam Keras Aksi Penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh Israel

Ami Ayalon, mantan Kepala Shin Bet, juga menyoroti bahwa konflik yang dulunya memiliki legitimasi kini telah dibajak oleh agenda ekstremis dan ideologi mesianik. Ia menyatakan bahwa sasaran militer telah tercapai, sehingga perpanjangan perang tidak lagi memberikan manfaat.

Hal serupa diungkapkan Amos Malka, eks Kepala Intelijen Militer, yang menilai bahwa Operasi Gideon's Chariots yang dimulai pada Maret tidak memberikan hasil signifikan, malah memperburuk jumlah korban dan merusak posisi Israel di panggung internasional.

Yoram Cohen, mantan pimpinan Shin Bet yang ditunjuk oleh Netanyahu, menyatakan bahwa tidak ada kemajuan dalam misi pembebasan sandera. Ia menyebut hal tersebut mustahil tercapai jika serangan terhadap Gaza terus dilakukan. Ia pun mendesak para pemimpin militer aktif untuk berbicara tegas kepada pemerintah.

Sementara itu, Moshe Ya'alon, mantan Kepala Staf IDF, mengkritik pemerintahan Netanyahu yang menurutnya kini dikendalikan oleh kelompok ekstremis. Ia juga pernah menyerukan aksi pembangkangan sipil terhadap kebijakan pemerintah saat ini.

Baca Juga: Barack Obama Kecam Israel

Para tokoh ini menggambarkan bahwa militer Israel kini terperangkap dalam konflik berkepanjangan tanpa arah yang jelas. Mereka menilai, tanpa strategi politik, bahkan pasukan terbaik pun tak akan mampu meraih kemenangan.

Selain mereka, tokoh lain yang turut muncul dalam video termasuk mantan Kepala Mossad Efraim Halevy dan Danny Yatom, mantan Kepala IDF Dan Halutz, eks Kepala Intelijen Militer Uri Sagi, mantan Komisaris Polisi Shlomo Aharonishki, serta mantan Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Ehud Barak.

Namun, pernyataan terbuka ini menimbulkan reaksi keras dari kalangan pendukung pemerintah. Presenter Channel 14, Yinon Magal, menyebut video tersebut sebagai kampanye propaganda dari para pensiunan yang ingin menjatuhkan moral tentara. Ia bahkan meminta Menteri Pertahanan Yoav Gallant untuk bertindak.

Sementara itu, komentator Ido Tauber menuduh para tokoh ini merupakan bagian dari kepemimpinan yang gagal di masa lalu, termasuk saat mendukung Kesepakatan Oslo dan penarikan Israel dari Gaza tahun 2005. Ia mendesak mereka untuk berhenti mencampuri urusan negara dan menikmati masa pensiun tanpa membahayakan keamanan Israel dengan kembali membuka jalan bagi “teror Arab.”

x|close