Ntvnews.id,
Mengutip sumber yang berhubungan, The Jerusalem Post menyebutkan bahwa tuntutan tersebut telah disampaikan kepada para mediator dalam beberapa hari terakhir.
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa proses perumusan kesepakatan baru antara Israel dan Amerika Serikat dengan Hamas mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan.
Presiden AS Donald Trump, melalui utusannya Steve Witkoff, dilaporkan telah memberitahu keluarga sandera Israel bahwa kedua negara tengah menyusun kerangka perjanjian untuk mengakhiri perang dan membebaskan para tawanan.
Namun, hingga saat ini, menurut laporan tersebut, belum jelas apakah rencana itu akan diumumkan secara resmi dan apakah akan mencakup ultimatum kepada Hamas.
Setelah kunjungan Witkoff, Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan tengah mengadakan diskusi mengenai masa depan konflik di Gaza. Sebuah pertemuan yang lebih besar dijadwalkan pada Selasa, 5 Agustus 2025.
Pada 7 Oktober 2023, Israel diserang dengan serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Jalur Gaza. Militan Hamas kemudian menembus perbatasan, menyerang warga sipil dan militer, serta menyandera lebih dari 200 orang. Pihak berwenang Israel melaporkan bahwa sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan tersebut.
Sebagai respons, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan Operasi Iron Swords yang mencakup serangan terhadap target-target sipil dan menerapkan blokade total di Gaza, termasuk penghentian pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.
Konflik yang sempat diiringi gencatan senjata singkat ini telah menyebabkan kematian lebih dari 60.000 warga Palestina dan sekitar 1.500 warga Israel. Konflik ini juga meluas ke Lebanon dan Yaman serta memicu saling serang rudal antara Israel dan Iran.
(Sumber: Antara)