Ratusan Warga Israel Gelar Unjuk Rasa Tuntut Penghentian Perang di Gaza

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Agu 2025, 18:14
thumbnail-author
Muhammad Fikri
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Jumlah korban di Gaza terus bertambah, termasuk di antara warga Palestina yang mencari bantuan dan sejumlah pihak pemberi bantuan kemanusiaan meskipun militer Israel telah menerapkan jeda taktis, seperti diungkapkan aktivis kemanusiaan PBB pada Rabu, 6 Agustus 2025. Ilustrasi - Jumlah korban di Gaza terus bertambah, termasuk di antara warga Palestina yang mencari bantuan dan sejumlah pihak pemberi bantuan kemanusiaan meskipun militer Israel telah menerapkan jeda taktis, seperti diungkapkan aktivis kemanusiaan PBB pada Rabu, 6 Agustus 2025. (Antara)

Ntvnews.id, Yerusalem/Istanbul - Ratusan warga Israel menggelar aksi demonstrasi di dekat kantor pusat Kementerian Pertahanan yang berlokasi di Tel Aviv pada Selasa malam, 5 Agustus 2025 waktu setempat. Mereka menuntut dihentikannya konflik di Jalur Gaza serta pembebasan para sandera.

Menurut laporan dari Channel 12 Israel, para demonstran memblokir Jalan Raya Ayalon—yang berada di sekitar kementerian tersebut—dengan cara membakar ban kendaraan.

Sejumlah keluarga dari sandera yang masih ditawan di Gaza turut ambil bagian dalam aksi ini. Mereka menyatakan ketidaksetujuan terhadap keputusan pemerintah yang memilih untuk melanjutkan operasi militer di wilayah tersebut.

Baca Juga: Kematian Akibat Kelaparan di Gaza Meningkat Jadi 188 Jiwa, Termasuk 94 Anak

Unjuk rasa ini terjadi di tengah kebuntuan dalam perundingan mengenai gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan kelompok Hamas.

Pekan lalu, Israel secara sepihak menarik diri dari negosiasi tidak langsung yang berlangsung di Doha. Penarikan tersebut dipicu oleh ketidaksepakatan mengenai beberapa isu krusial, seperti penarikan total pasukan Israel dari Gaza, penghentian perang, pembebasan tahanan Palestina, serta mekanisme distribusi bantuan kemanusiaan.

Kelompok Hamas sendiri telah berulang kali menyatakan kesiapan untuk membebaskan seluruh sandera Israel secara serentak dengan syarat tercapainya gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan Israel, dan pembebasan tahanan Palestina.

Pihak oposisi Israel beserta keluarga sandera menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai pihak yang menghambat tercapainya kesepakatan menyeluruh. Mereka menilai Netanyahu lebih memilih pendekatan parsial demi memperpanjang konflik bersenjata.

Baca Juga: AS Larang Pejabat Palestina Masuk ke Negaranya, Bisa Persulit Proses Damai

Menurut keluarga para sandera, keputusan tersebut didasari oleh kepentingan politik semata, lantaran terdapat kekhawatiran bahwa pemerintahannya dapat runtuh apabila partai-partai sayap kanan ekstrem memutuskan untuk menarik dukungan jika perang dihentikan.

Pemerintah Israel memperkirakan bahwa masih terdapat sekitar 50 warganya yang disandera di Gaza, termasuk 20 orang yang diduga masih dalam keadaan hidup. Di sisi lain, Israel menahan lebih dari 10.800 warga Palestina, di mana sebagian besar dari mereka dilaporkan mengalami penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian pelayanan medis. Hal ini disampaikan oleh berbagai kelompok pembela hak asasi manusia dari Palestina dan Israel.

(Sumber: Antara)

x|close