Ntvnews.id, Washington DC - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mencuri perhatian publik dengan langkah mengejutkan. Trump memecat Kepala Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), Erika McEntarfer, hanya beberapa jam setelah lembaga tersebut mengumumkan data ketenagakerjaan yang jauh di bawah proyeksi pasar.
Dalam unggahannya di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menuding McEntarfer yang ia klaim sebagai sosok yang diangkat oleh Presiden Joe Biden telah memanipulasi data ketenagakerjaan demi keuntungan politik.
"Kita butuh data pekerjaan yang jujur. Saya sudah instruksikan tim saya untuk segera mencopot pejabat politik yang ditunjuk Biden ini," tulis Trump, seperti dilansir CNBC International, Senin, 4 Agustus 2025.
Juru bicara BLS telah mengonfirmasi pemecatan McEntarfer kepada CNBC. Untuk sementara waktu, posisi pimpinan BLS akan diisi oleh Deputi Komisaris William Wiatrowski sebagai pejabat sementara.
Baca Juga: Anggota DPR AS Desak Trump Akhiri Perang di Gaza
Tindakan mendadak ini terjadi usai laporan BLS menunjukkan pertambahan hanya 73.000 pekerjaan non-pertanian sepanjang Juli, angka yang jauh di bawah perkiraan para analis. Selain itu, data ketenagakerjaan dua bulan sebelumnya juga mengalami revisi besar, dengan total koreksi penurunan mencapai 258.000 pekerjaan penurunan paling tajam sejak awal pandemi Covid-19 pada April 2020.
Trump, yang selama ini dikenal gencar mempromosikan kekuatan pasar kerja AS, menyebut data terbaru tersebut sebagai hasil manipulasi politik yang mencemarkan reputasi ekonomi negara.
Keputusan Trump memecat McEntarfer segera berdampak pada pasar. Indeks Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 500 poin, sementara Nasdaq melemah lebih dari 2%. Imbal hasil obligasi pemerintah juga mengalami penurunan akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap arah kebijakan ekonomi Trump.
Baca Juga: Trump Teken Perintah Eksekutif Naikkan Tarif Impor dari Brasil hingga 50 Persen
Selain McEntarfer, Trump juga menargetkan Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang ia tuduh menggunakan kebijakan suku bunga untuk membantu kampanye Wakil Presiden Kamala Harris.
Langkah Trump mendapat kritik luas, termasuk dari William Beach, mantan Kepala BLS yang juga merupakan orang yang ditunjuk oleh Trump pada 2017.
“Pemecatan ini tidak memiliki dasar yang kuat dan mengancam independensi sistem statistik nasional,” ujar Beach melalui akun X.
Sementara itu, analis pasar Peter Mallouk menyebut perkembangan ini sebagai "tanda tidak sehat" dan menggambarkan tindakan Trump sebagai suatu bentuk satir politik.
Trump sebelumnya juga telah mengusulkan pemotongan anggaran BLS sebesar 8% dalam rencana anggaran tahunannya. Hal ini memicu kekhawatiran lebih luas mengenai netralitas data ekonomi pemerintah, termasuk statistik inflasi dan tingkat pengangguran.