China Dukung Dialog Trump–Zelensky demi Perdamaian Ukraina

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Des 2025, 06:15
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Kamis, 25 Desember 2025. (ANTARA/Desca Lidya Natalia) Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Kamis, 25 Desember 2025. (ANTARA/Desca Lidya Natalia) (Antara)

Ntvnews.id, Beijing - Pemerintah China menyatakan dukungannya terhadap hasil pembicaraan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai bagian dari upaya mendorong tercapainya perdamaian di Ukraina.

"China mendukung semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian damai krisis Ukraina dan berharap para pihak akan mencapai kesepakatan perdamaian yang adil, jangka panjang dan mengikat melalui dialog dan negosiasi sesegera mungkin," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing, dilansir dari Xinhua, Selasa, 29 Desember 2025.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa kesepakatan damai untuk mengakhiri krisis Ukraina dinilai "sudah jauh lebih dekat" setelah pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di resor Mar-a-Lago, Florida, pada Minggu, 28 Desember 2025.

Meski demikian, sejumlah media lokal melaporkan belum terlihat tanda-tanda terobosan signifikan, meskipun Trump menyebut pertemuan tersebut berlangsung "sangat baik" dan menghasilkan "banyak kemajuan."

Baca Juga: Zelensky Paparkan Rencana Damai Ukraina-AS, Berisi 20 Poin dan Tunggu Respons Rusia

Lin Jian menuturkan bahwa sejak krisis Ukraina pecah, China terus menjalin komunikasi intensif dengan para pihak terkait, termasuk Rusia dan Ukraina.

"Kami telah berupaya untuk mencapai gencatan senjata dan mempromosikan perundingan perdamaian, dan upaya kami telah membuahkan hasil. China mendukung semua upaya yang kondusif bagi perdamaian dan akan terus memainkan peran konstruktif untuk tujuan ini," tambah Lin Jian.

Sejumlah isu krusial masih membayangi pembicaraan antara Trump dan Zelensky, di antaranya jadwal potensial gencatan senjata, rencana pembentukan zona demiliterisasi, pengelolaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang saat ini dikuasai Rusia, serta kendali atas wilayah Donbas di Ukraina timur.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (3/3/2025).  <b>(Antara)</b> Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (3/3/2025). (Antara)

"Kami membahas semua aspek dalam kerangka kerja perdamaian," kata Zelensky dalam konferensi pers terkait pertemuannya dengan Trump. Ia menyebutkan bahwa rencana perdamaian 20 poin yang dibahas kini telah mencapai tahap penyelesaian "90 persen", angka yang juga pernah ia sampaikan sebelumnya bulan ini.

Trump pun menyampaikan pandangan serupa, meski enggan merinci secara persentase. Ia mengatakan dirinya "merasa angkanya mungkin mendekati 95 persen" terutama terkait aspek keamanan.

"Kita mungkin sangat dekat. Ada satu atau dua isu yang sangat pelik, isu yang sangat berat, tetapi saya pikir kami bekerja dengan sangat baik," ujar Trump.

Sebelum bertemu Zelensky, Trump juga mengungkapkan bahwa ia telah "melakukan percakapan via telepon yang baik dan sangat produktif" dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu pagi.

Baca Juga: Serangan Besar-besaran Rusia Hantam Situs Energi Ukraina Jelang Natal

Asisten utama kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, menyampaikan di Moskow bahwa dalam percakapan telepon yang berlangsung lama tersebut, Putin dan Trump sepakat bahwa penyelesaian damai jangka panjang lebih diutamakan dibandingkan gencatan senjata sementara yang selama ini didorong oleh Ukraina dan negara-negara Eropa.

Ushakov menambahkan, seperti dikutip dari laporan New York Times, Putin telah menyetujui usulan Amerika Serikat untuk membentuk dua kelompok kerja dalam rangka perundingan perdamaian, masing-masing membahas isu keamanan dan isu ekonomi.

Sementara itu, pada 15 Desember, Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan Uni Eropa dan Amerika Serikat telah sepakat memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina yang dimodelkan berdasarkan Pasal 5 NATO.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan bahwa Moskow dan Washington telah mencapai pemahaman bersama bahwa Ukraina perlu kembali berstatus sebagai negara non-blok, netral, dan non-nuklir.

TERKINI

Load More
x|close