Thailand Abaikan Klaim Trump soal Gencatan Senjata, Anutin Tetap Bombardir Kamboja

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Des 2025, 13:14
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Warga sipil Kamboja mengungsi dari rumah mereka di dekat perbatasan dengan Thailand di provinsi Preah Vihear, Kamboja pada 8 Desember 2025. ANTARA/Handout via Xinhua/Agence Kampuchea Presse Warga sipil Kamboja mengungsi dari rumah mereka di dekat perbatasan dengan Thailand di provinsi Preah Vihear, Kamboja pada 8 Desember 2025. ANTARA/Handout via Xinhua/Agence Kampuchea Presse (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Thailand menegaskan tidak akan menghentikan operasi militernya terhadap Kamboja, meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim kedua negara telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik bersenjata. 

Sikap tegas ini disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, yang menolak anggapan bahwa pertempuran telah berakhir. Dalam pernyataannya, Anutin menekankan bahwa keputusan militer Thailand sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan keamanan nasional, bukan pada pernyataan pihak luar.

"Thailand akan terus melakukan aksi militer hingga kami merasa tidak ada lagi bahaya dan ancaman terhadap tanah dan rakyat kami," ujar Anutin melalui akun Facebook pribadinya, seperti dikutip AFP, Sabtu, 13 Desember 2025.

Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan setelah pemerintah Kamboja melaporkan bahwa serangan udara Thailand masih berlangsung di wilayahnya pada hari yang sama. Klaim ini secara langsung bertolak belakang dengan pernyataan Trump yang menyebut konflik telah diredam melalui komunikasi diplomatik tingkat tinggi.

Baca Juga: Kenapa DPR Thailand Bubar di Tengah Perang Memanas dengan Kamboja

Sebelumnya, Trump menyatakan telah melakukan panggilan telepon dengan para pemimpin Thailand dan Kamboja, dan menyebut kedua negara sepakat menghentikan pertempuran. Namun, laporan dari Phnom Penh menunjukkan bahwa situasi di lapangan belum mereda.

Kementerian Pertahanan Kamboja bahkan menyebut serangan udara masih terjadi beberapa jam setelah klaim tersebut disampaikan Trump.

"Pada 13 Desember 2025, militer Thailand menggunakan dua jet tempur F-16 untuk menjatuhkan tujuh bom pada sejumlah target," tulis kementerian tersebut dalam unggahan di media sosial X, dikutip AFP, Sabtu (13/12/2025).

Kementerian itu menambahkan bahwa intensitas serangan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

"Pesawat-pesawat militer Thailand belum berhenti membom," lanjut pernyataan tersebut.

Situasi ini memperlihatkan jurang perbedaan antara pernyataan diplomatik Washington dan realitas konflik di perbatasan Thailand–Kamboja. Trump sebelumnya mengklaim bahwa kesepakatan damai telah dicapai dan pertempuran akan dihentikan, menyusul meningkatnya korban jiwa yang dilaporkan mencapai sedikitnya 20 orang sepanjang pekan ini.

Melalui platform Truth Social miliknya, Trump mengungkapkan optimismenya terhadap hasil komunikasi tersebut.

"Saya telah melakukan percakapan yang sangat baik pagi ini dengan Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, mengenai pecahnya kembali perang mereka yang telah berlangsung lama," tulis Trump.

Baca Juga: Kamboja Minta PBB Kirim Misi Pencari Fakta, Tuduh Thailand Lakukan Agresi Bersenjata

Ia juga menyebut adanya komitmen untuk menghentikan serangan dan kembali ke kesepakatan sebelumnya.

"Mereka telah setuju untuk MENGHENTIKAN semua serangan efektif malam ini, dan kembali ke Perjanjian Perdamaian asli yang dibuat dengan saya, dan mereka, dengan bantuan Perdana Menteri Malaysia yang hebat, Anwar Ibrahim," lanjut Trump, merujuk pada kesepakatan yang dicapai pada Juli lalu.

Trump menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa stabilitas kawasan akan membuka kembali jalur ekonomi.

"Kedua negara siap untuk perdamaian dan melanjutkan perdagangan dengan Amerika Serikat," katanya, sambil menyampaikan apresiasi kepada Perdana Menteri Malaysia atas perannya dalam proses mediasi.

Namun, sikap pemerintah Thailand yang tetap melanjutkan operasi militer menunjukkan bahwa klaim gencatan senjata versi Trump belum sepenuhnya diakui di lapangan, dan konflik di kawasan perbatasan masih berpotensi berlanjut.

x|close