Ntvnews.id, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa ia akan “melakukan sebuah panggilan telepon” untuk menghentikan bentrokan terbaru yang terjadi di perbatasan Thailand dan Kamboja.
Dalam sebuah kampanye di Pennsylvania, Trump mengemukakan bahwa dirinya mampu meredakan kembali konflik yang kembali memanas antara kedua negara tersebut.
“Saya benci mengatakan yang satu ini, namanya Kamboja–Thailand, dan itu mulai lagi hari ini. Besok saya harus melakukan sebuah panggilan. Siapa lagi yang bisa mengatakan bahwa saya akan melakukan sebuah panggilan dan menghentikan perang dua negara yang sangat kuat, Thailand dan Kamboja,” ujarnya seperti dikutip dari Anadolu Agency, Kamis, 11 Desember 2025.
Baca Juga: Presiden Donald Trump Sebut Tarif Dagang Jadi Alat Akhiri Perang
Lebih dari 500.000 warga di dua negara itu telah meninggalkan rumah mereka sejak pertempuran kembali pecah pada awal pekan. Ketegangan terbaru ini sekaligus menggugurkan perjanjian damai yang ditandatangani di Kuala Lumpur pada Oktober lalu, yang kala itu turut disaksikan oleh Trump.
Kontak senjata mematikan berlangsung di sepanjang perbatasan pada Senin, dengan kedua belah pihak saling menuding pihak lain melanggar gencatan senjata yang disepakati pada Juli.
Militer Thailand berpatroli di area Chong Bok dekat perbatasan yang disengketakan dengan Kamboja. Foto arsip: Reuters (Reuters)
Kamboja melaporkan sembilan warga sipil tewas dan 46 orang terluka sejak Senin. Sementara itu, Thailand menyebut empat tentaranya tewas dan 68 lainnya mengalami luka-luka.
Presiden Senat Kamboja Hun Sen menyatakan, “Kamboja menginginkan perdamaian, tetapi Kamboja terpaksa melakukan perlawanan untuk mempertahankan wilayahnya.” Ia menambahkan bahwa pasukan Kamboja sempat menahan tembakan pada Senin, namun kemudian membalas serangan pada malam hari.
Baca Juga: Presiden Donald Trump Sebut Tarif Dagang Jadi Alat Akhiri Perang
Di pihak lain, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan pada Selasa bahwa Kamboja belum melakukan kontak dengan Bangkok untuk memulai pembicaraan. “Kami harus melakukan apa yang harus kami lakukan,” ujarnya, seraya menegaskan bahwa operasi militer akan terus dilanjutkan sesuai rencana.
Ketegangan antara kedua negara mulai meningkat sejak November, setelah seorang prajurit Thailand terluka akibat ranjau darat yang menurut Bangkok dipasang oleh pasukan Kamboja. Namun, tuduhan tersebut telah dibantah oleh Phnom Penh.
Arsip - Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (ANTARA)