Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menurunkan harga mobil dengan membatalkan aturan ketat efisiensi bahan bakar yang diberlakukan di era Joe Biden.
Gagasannya sederhana, yakni lebih sedikit regulasi, harga mobil lebih rendah, dan pengemudi di AS lebih puas.
Namun, seperti banyak kebijakan yang berkaitan dengan perkiraan biaya dan dinamika politik, kenyataannya jauh lebih kompleks.
Dilansir dari Carscoops, Kamis (11/12/2025), dalam proposal yang dirilis Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) Amerika Serikat dan EPA, standar efisiensi bahan bakar rata-rata ditetapkan turun menjadi 34,5 mpg pada 2031, jauh di bawah target 50,4 mpg yang sebelumnya direncanakan.
Para produsen otomotif menyambut baik perubahan ini. Pemerintah AS memperkirakan pelonggaran aturan dapat memangkas biaya produksi sekitar US$35 miliar hingga 2031.
Jika penghematan itu diteruskan kepada pembeli, harga mobil baru dapat turun rata-rata sekitar US$930.
Detail yang Perlu Dicermati
Meski penurunan harga mobil menjadi poin utama yang disorot pemerintah, analisis NHTSA juga menunjukkan konsekuensi lain yang kurang menguntungkan.
Penurunan standar efisiensi diperkirakan meningkatkan konsumsi bahan bakar hingga 100 miliar galon pada 2050.
Tambahan kebutuhan bahan bakar tersebut dapat membebani masyarakat hingga US$185 miliar. Artinya, keuntungan di awal bisa hilang saat pengemudi mulai lebih sering mengisi bensin.
"Sejak hari pertama, konsumen akan membayar lebih untuk mengoperasikan mobil yang kurang efisien: lebih banyak bensin, lebih banyak biaya perawatan, dan lebih banyak waktu terbuang di pompa," kata Jason Schwartz dari Universitas New York kepada Reuters.
Bagi mereka yang mencicil kendaraan selama beberapa tahun, potensi penghematan harga di muka semakin kecil jika harus menghadapi biaya bahan bakar yang meningkat setiap minggu.
Kabar Baik bagi Para Pecinta Mobil Bertenaga Besar
Pihak Gedung Putih menolak anggapan bila kebijakan ini akan merugikan. Mereka menilai proyeksi biaya bahan bakar terlalu bergantung pada asumsi harga jangka panjang yang tidak pasti.
Pemerintah AS juga menyebut pabrikan mobil bisa menghemat dana dengan terhindarnya mereka dari denda pelanggaran standar MPG.
Selain itu, aturan yang lebih longgar memungkinkan kembalinya model kendaraan berkapasitas besar, seperti station wagon klasik serta mesin enam dan delapan silinder, yang sulit memenuhi standar efisiensi ketat.
Produsen seperti Ford, General Motors (GM), dan Stellantis diperkirakan menjadi pihak yang paling diuntungkan, sejalan dengan portofolio mereka yang kuat di segmen truk dan SUV besar.
Pemerintah AS juga menggambarkan langkah ini sebagai dorongan balik terhadap apa yang mereka sebut "mandat EV terselubung", dengan alasan mobil listrik masih mahal dan belum mudah diproduksi secara menguntungkan dalam skala besar.
Apakah kebijakan ini benar-benar menguntungkan pengemudi sehari-hari masih belum jelas. Harga awal yang lebih murah memang menarik, namun jika diimbangi dengan biaya bahan bakar yang meningkat selama bertahun-tahun, banyak konsumen mungkin mendapati bila penghematan tersebut hilang sebelum euforia mobil baru mereda.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (Foto: Reuters)