Ntvnews.id, Pretoria - Sekelompok pria bersenjata menyerbu sebuah hostel yang berlokasi di Pretoria, ibu kota Afrika Selatan (Afsel), pada Sabtu, 6 Desember 2025 waktu setempat.
Mereka melepaskan tembakan secara membabi buta hingga menewaskan sedikitnya 11 orang, termasuk seorang anak berusia tiga tahun. Serangan ini menjadi insiden terbaru dalam rangkaian penembakan massal yang mengguncang negara berpenduduk 63 juta jiwa tersebut, yang selama ini dikenal rawan kejahatan.
"Saya dapat mengonfirmasi bahwa total 25 orang terkena tembakan," ujar juru bicara kepolisian setempat, Athlanda Mathe, dalam pernyataannya seperti dilansir dari AFP, Minggu, 7 Desember 2025.
Mathe menjelaskan bahwa 10 orang tewas di lokasi kejadian di kota Saulville, yang terletak 18 kilometer di sebelah barat Pretoria, sementara satu korban lainnya meninggal dunia setelah sempat dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: 4 Orang Tewas dalam Aksi Penembakan Massal di Pesta Ulang Tahun Anak
Dia menambahkan bahwa sekitar 14 korban lainnya mengalami luka-luka dan saat ini sedang mendapatkan perawatan di fasilitas medis.
Tiga pria bersenjata disebut memasuki hostel tersebut pada Sabtu, 6 Desember 2025 pagi sekitar pukul 04.30 waktu setempat. Setelah masuk, menurut keterangan pihak berwenang, mereka langsung menembaki sekelompok pria yang tengah minum-minum tanpa pandang bulu. Tidak hanya orang dewasa, seorang bocah berusia 12 tahun dan seorang remaja 16 tahun juga turut menjadi korban tewas.
Ilustrasi garis polisi dalam peristiwa penembakan gereja di Michigan, Amerika Serikat (AS). /ANTARA/Anadolu/py (Anadolu) (Antara)
"Insiden yang cukup disayangkan. Polisi baru diberitahu tentang insiden ini sekitar pukul 06.00 waktu setempat," kata Mathe dalam keterangannya.
Hingga kini, motif di balik penembakan mematikan tersebut belum dapat dipastikan.
Pihak otoritas Afsel juga belum melakukan penangkapan terkait kasus ini.
Baca Juga: 2 Pelaku Penembakan Hansip di Cakung Diketahui Residivis
Afrika Selatan, meski menjadi negara paling maju di benua Afrika, tengah menghadapi masalah kejahatan dan korupsi yang mengakar, didorong oleh aktivitas jaringan kriminal terorganisir. Banyak warga Afsel memiliki senjata api berlisensi untuk perlindungan diri, namun jumlah senjata ilegal yang beredar jauh lebih besar.
Data kepolisian menunjukkan bahwa rata-rata sedikitnya 63 orang tewas setiap hari antara April hingga September lalu akibat berbagai tindak kekerasan.
Ilustrasi - Insiden penembakan memakai senjata api. ANTARA/Pixabay/am. (Antara)