Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq membeberkan fakta mengejutkan terkait industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia.
Dalam pernyataannya, Hanif mengungkap bahwa sebagian besar produk AMDK yang beredar di pasaran tidak bersumber dari air pegunungan seperti yang banyak tertera di label, melainkan berasal dari air tanah.
Pernyataan ini sontak menggugah perhatian publik. Selama ini, banyak masyarakat percaya bahwa air kemasan yang mereka konsumsi benar-benar berasal dari sumber pegunungan alami. Namun, Hanif mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terbuai oleh klaim “air pegunungan” yang sering kali tidak mencerminkan kenyataan di balik proses produksinya.
“Jadi Bapak jangan terpedaya oleh minuman-minuman yang ada di atas meja itu Pak. Belum ada satupun minuman kemasan yang menggunakan air permukaan secara sustainable untuk produknya. Hanya untuk pricing-nya, iya,” ujar Hanif, dilansir pada Senin, 27 Oktober 2025.
Baca Juga: KDM Datangi Pabrik Aqua Lagi, Sebut Sumber Airnya yang Tak Sesuai Iklan
Pernyataan tersebut menimbulkan pertanyaan serius: apakah selama ini publik telah tertipu oleh label dan citra “alami” yang melekat pada berbagai merek air kemasan. Lebih jauh, Hanif menyoroti dampak serius eksploitasi air tanah secara berlebihan oleh industri AMDK.
Menurutnya, praktik tersebut berpotensi mengancam ketersediaan sumber daya air bersih di masa depan. Jika pengambilan air tanah dilakukan terus-menerus tanpa mempertimbangkan konservasi jangka panjang, maka pasokan air di suatu wilayah akan semakin menipis dan pada akhirnya mengganggu keseimbangan ekosistem.
“Semisal kita perusahaan air minum, tanpa kita memperhatikan konservasi jangka panjang. Suatu ketika, maka suplai air kita akan terbatas. Saya enggak usah sebut namanya. Namanya air minum pegunungan. Tetapi yang digunakan air tanah,” tegas Hanif.
Kondisi ini kian memprihatinkan mengingat proses pemulihan air tanah berlangsung sangat lambat. Hanif menuturkan bahwa laju rembesan air tanah hanya sekitar 100 cm per hari.
Baca Juga: KDM Jelaskan Alasan Sidak Pabrik Aqua Hingga Bikin Geger Se-Indonesia
Angka tersebut menunjukkan betapa rentannya proses alami dalam menjaga keseimbangan cadangan air di dalam bumi. Ketika eksploitasi melebihi kemampuan alam untuk memulihkan diri, kerusakan yang terjadi bisa bersifat permanen.
Lebih lanjut, Hanif menyesalkan bahwa konsep konservasi sumber daya air masih sering berhenti pada tataran wacana. Ia menilai, banyak pihak hanya menjadikan isu konservasi sebagai “drama” atau “mantra” tanpa langkah konkret untuk melindungi sumber daya air yang semakin terancam.
Seperti diketahui, sorotan publik terhadap salah satu merek ternama air minum dalam kemasan, Aqua. Aqua mengklaim bahwa airnya berasal dari “sumber pegunungan terpilih” dan melalui proses penyaringan alami.
Namun berbagai laporan menyebut bahwa sebagian besar sumber yang digunakan sebenarnya berasal dari air tanah dalam (akuifer), meskipun berada di wilayah pegunungan.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri LH bahwa mayoritas AMDK di Indonesia menggunakan air tanah, bukan air permukaan dari mata air pegunungan. Kritik publik menekankan pentingnya transparansi soal sumber air agar konsumen mendapatkan informasi yang akurat.
Menteri LH/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq memberikan keterangan kepada wartawan usai acara Deklarasi Komitmen Generasi Lingkungan yang tergabung dalam program Adiwiyata se-Jakarta Utara di Jakarta, Selasa (5/8/2025) (ANTARA)