Mengenal Sanae Takaichi yang Siap Catat Sejarah sebagai Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Okt 2025, 06:05
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Arsip foto - Sanae Takaichi saat menjadi Menteri Dalam Negeri Jepang, September 2019. Arsip foto - Sanae Takaichi saat menjadi Menteri Dalam Negeri Jepang, September 2019. (ANTARA)

Ntvnews.id, Tokyo - Sanae Takaichi resmi terpilih sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa di Jepang, membuka jalan baginya untuk menjadi perdana menteri (PM) perempuan pertama dalam sejarah negara tersebut.

Perempuan berusia 64 tahun itu memenangkan pemilihan pada Sabtu, 4 Oktobr 2025 dan bertekad membangkitkan kembali kekuatan LDP yang tengah mengalami penurunan dukungan publik, di tengah munculnya gelombang kelompok politik baru beraliran anti-imigrasi.

Dilansir dari AFP, Senin, 6 Oktober 2025, tokoh konservatif garis keras ini hampir pasti akan disetujui oleh parlemen Jepang sebagai perdana menteri kelima dalam beberapa tahun terakhir, dengan pelantikan yang diperkirakan berlangsung pada 13 Oktober mendatang.

Takaichi memenangkan putaran kedua pemilihan presiden LDP setelah mengalahkan Shinjiro Koizumi (44), putra dari mantan perdana menteri Jepang. Keduanya melaju ke babak final setelah kandidat moderat Yoshimasa Hayashi, yang dijuluki “Mr. 119” karena nomor telepon darurat Jepang, tersingkir bersama dua calon lainnya.

Baca Juga: Ngeri, Kasus Heatstroke di Jepang Tembus 100 Ribu Orang

Kini, Takaichi menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk menurunnya populasi Jepang, ketegangan geopolitik, pelemahan ekonomi, serta meningkatnya kekhawatiran publik terhadap imigrasi.

Namun prioritas utamanya adalah mengembalikan kepercayaan publik terhadap LDP, partai yang hampir tak pernah kehilangan kekuasaan sejak 1955.

Sebelumnya, Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang memimpin sejak tahun lalu, memutuskan mundur setelah koalisi yang dipimpinnya kehilangan mayoritas di kedua majelis parlemen.

Baca Juga: Mentrans Perkenalkan Potensi Kawasan Transmigrasi di World Expo 2025 Jepang

Di sisi lain, partai baru seperti Sanseito mulai memperoleh dukungan publik dengan retorika populis yang menuding imigrasi sebagai “invasi diam-diam” serta menyalahkan pendatang atas berbagai persoalan sosial di Jepang.

Selama kampanye LDP, Takaichi dan Koizumi berusaha menarik simpati pemilih yang terpengaruh pesan Sanseito tentang pengaruh orang asing, baik dari kalangan imigran maupun wisatawan.

Jepang, kata Takaichi, harus “mempertimbangkan kembali kebijakan yang mengizinkan masuknya orang-orang dengan budaya dan latar belakang yang sangat berbeda.”

x|close