Israel Berikan Peringatan Terakhir untuk Warga Gaza Tinggalkan Kota

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Okt 2025, 08:44
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Dedi
Editor
Bagikan
Warga Palestina yang mengungsi memindahkan barang-barang mereka di sepanjang pantai dekat wilayah al-Nuseirat di Jalur Gaza tengah, pada 25 September 2025. Warga Palestina yang mengungsi memindahkan barang-barang mereka di sepanjang pantai dekat wilayah al-Nuseirat di Jalur Gaza tengah, pada 25 September 2025. (ANTARA)

Ntvnews.id, GazaIsrael mengeluarkan peringatan terakhir kepada warga sipil Palestina agar segera meninggalkan Kota Gaza, wilayah terbesar di Jalur Gaza. Ultimatum ini diumumkan saat pasukan Tel Aviv memperketat pengepungan terhadap kota tersebut.

Saksi mata melaporkan pengeboman besar-besaran mengguncang Kota Gaza. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa tentaranya kini memperketat pengepungan.

"Ini merupakan kesempatan terakhir bagi warga Gaza yang ingin pindah ke wilayah selatan dan membiarkan para anggota Hamas terisolasi di Kota Gaza," ucap Katz dalam pernyataannya via media sosial X, seperti dilansir dari Reuters, Jumat, 3 Oktober 2025.

Ia juga memperingatkan bahwa siapa pun yang memilih tetap tinggal akan "dianggap teroris dan pendukung teroris".

Dalam pernyataannya, Katz menegaskan militer Israel telah menguasai Koridor Netzarim, jalur penghubung antara Gaza bagian tengah dan pesisir barat, yang secara efektif memisahkan wilayah utara dan selatan Jalur Gaza. Katz menambahkan, warga yang hendak menuju selatan harus melewati sejumlah pos pemeriksaan militer Israel.

Baca Juga: Kemlu Pastikan Keselamatan WNI di Pelayaran Global Sumud Flotilla ke Gaza

Pengumuman itu datang beberapa jam setelah militer Tel Aviv menyatakan akan menutup jalur terakhir yang memungkinkan pergerakan dari wilayah selatan menuju utara Gaza.

Di Kota Gaza, sebagian warga menolak meninggalkan rumah mereka. Rabah al-Halabi, 60 tahun, yang mengungsi di tenda halaman Rumah Sakit Al-Shifa, menyatakan dirinya tidak akan pergi.

"Saya tidak akan pergi karena situasi di Kota Gaza tidak berbeda dengan situasi di Jalur Gaza bagian selatan," ujarnya kepada AFP lewat telepon.

"Semua area berbahaya, pengeboman terjadi di mana-mana, dan pengungsian itu mengerikan dan memalukan. Kami menunggu kematian, atau mungkin pertolongan dari Tuhan, dan gencatan senjata yang akan datang," tambahnya.

Fadel al-Jadba, 26 tahun, menyuarakan hal serupa. "Kami menginginkan gencatan senjata dengan cara apa pun karena kami frustrasi, kelelahan, dan tidak menemukan seorang pun di dunia yang berdiri bersama kami," katanya.

Baca Juga: PBB Terus Jalin Dialog dengan AS Terkait Rencana Trump untuk Perdamaian Gaza

Hamas menanggapi pernyataan Katz dengan menyebut ultimatum tersebut sebagai "awal dari meningkatnya kejahatan perang yang dilakukan oleh tentaranya".

Saat ini Hamas tengah membahas rencana perdamaian untuk Jalur Gaza yang diusulkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan didukung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Rencana itu mencakup gencatan senjata, pembebasan sandera oleh Hamas dalam 72 jam setelah kesepakatan, perlucutan senjata Hamas, pembebasan tahanan Palestina oleh Israel, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Namun, sumber Palestina yang dekat dengan pimpinan Hamas mengatakan kepada AFP bahwa "belum ada keputusan akhir" yang diambil, dan "gerakan tersebut kemungkinan akan membutuhkan waktu dua hari hingga tiga hari".

x|close