Ntvnews.id, Gaza - Gerakan Hamas tengah mendiskusikan rencana damai Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza bersama perwakilan Qatar dan Turki. Informasi ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, pada Selasa.
Sebelumnya, pada Senin, 29 September 2025, Trump meluncurkan rencana 20 poin yang mencakup seruan gencatan senjata segera dan pembebasan sandera dalam waktu 72 jam.
Dilansri dari Al Arabiya, Rabu, 1 Oktober 2025, menyebut dalam proposal itu, Hamas dan "kelompok lain" diwajibkan meninggalkan keterlibatan mereka dalam pemerintahan Gaza, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sebagai gantinya, wilayah tersebut akan dipimpin oleh "komite Palestina yang teknokratis dan apolitis" di bawah pengawasan badan internasional yang dipimpin Trump.
Baca Juga: Netanyahu Minta Maaf ke Qatar Atas Serangan ke Pemimpin Hamas
"Diskusi mengenai proposal gencatan senjata Trump dengan delegasi Hamas masih berlangsung, berlanjut hingga larut malam kemarin dan akan berlanjut hari ini. Delegasi Turki telah bergabung dalam negosiasi," ujar Al-Ansari kepada wartawan.
Al-Ansari menambahkan, Doha sangat menghargai komitmen AS untuk mengakhiri perang di Gaza dan menilai rencana Trump menyajikan visi komprehensif guna menghentikan agresi militer Israel.
Terkait janji Israel untuk tidak lagi melanggar kedaulatan Qatar, juru bicara tersebut menyatakan bahwa Doha merasa puas atas komitmen tersebut, yang juga disertai permintaan maaf resmi dari Tel Aviv.
Baca Juga: Kelakar Netanyahu Bakal Serang Pemimpin Hamas di Manapun Berada
Sebelumnya, pada 9 September, Israel melancarkan serangan terhadap kompleks permukiman di Doha yang menewaskan lima anggota Hamas. Saat itu, mereka sedang membahas proposal AS untuk mengakhiri konflik Gaza. Hingga kini, lebih dari 65.200 warga Palestina telah tewas sejak perang dimulai pada Oktober 2023.
Israel sendiri menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya dalam perang di wilayah Gaza.