Ntvnews.id, Tel Aviv - Israel dikabarkan mengalokasikan dana sebesar 167 juta shekel atau sekitar Rp824 miliar guna bekerja sama dengan Google, platform media sosial X asal Amerika Serikat, serta dua perusahaan iklan dari Prancis dan Israel.
Tujuannya adalah membantah adanya kelaparan yang dialami warga Palestina di Gaza. Informasi ini dipublikasikan stasiun penyiaran Spanyol RTVE pada Selasa, 16 September 2025, berdasarkan hasil investigasi Eurovision News Spotlight.
Investigasi tersebut menemukan bahwa Komite Pengecualian Israel pada Juni lalu menyetujui pengajuan dari agensi iklan pemerintah Lapam untuk melaksanakan kampanye informasi publik senilai USD50 juta. Kontrak berjalan sejak 17 Juni hingga 31 Desember 2025.
Dari jumlah itu, 150 juta shekel atau sekitar Rp740 miliar dialokasikan khusus untuk YouTube dan platform manajemen iklan Google, Display & Video 360.
Sementara itu, platform X menerima 10 juta shekel atau sekitar Rp49 miliar, sedangkan Outbrain dan Teads platform iklan asal Prancis dan Israel mendapatkan 7 juta shekel atau sekitar Rp34 miliar.
Baca Juga: Wanda Hamidah Nekat Bertahan di Tunisia, Akhirnya Berlayar ke Gaza Bawa Merah Putih
Mengutip Anadolu, Rabu, 17 September 2025, laporan bertajuk “The new front of war: Inside Israel's digital 'hasbara' offensive” menjabarkan bagaimana kampanye digital yang dibiayai negara memanfaatkan media sosial, influencer berbayar, serta tur militer untuk membentuk opini global mengenai Gaza.
Sejak 2018 hingga Juli 2025, Lapam telah menayangkan ribuan iklan di Google dan Meta demi menyebarkan narasi pemerintah Israel sekaligus meredam kritik atas kebijakan maupun operasi militernya. Data Google Ads Transparency Center mencatat bahwa sepanjang tahun lalu, Lapam memasang 2.000 iklan, dengan lebih dari separuhnya menyasar audiens internasional.
Salah satu strateginya adalah merilis video yang menampilkan pasar Gaza ramai dan restoran tetap beroperasi, sebagai upaya membantah laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang menyebut adanya kelaparan. Video multibahasa itu diunggah melalui kanal YouTube Kementerian Luar Negeri Israel pada hari yang sama ketika laporan IPC dipublikasikan.
Baca Juga: Rombongan GSF Indonesia Mundur dari Misi Kapal Kemanusiaan ke Gaza, Ini Alasannya
Kampanye ini juga menargetkan para pengkritik, misalnya dengan menayangkan iklan di atas hasil pencarian Google untuk kata kunci “UNRWA,” yang mengarahkan pengguna ke situs pemerintah Israel. Situs itu menuding badan PBB untuk pengungsi Palestina sebagai “kedok Hamas.”
Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk Palestina, turut menjadi sasaran. Selama berbulan-bulan, ia menghadapi iklan berbayar di sejumlah negara Eropa yang menuduh dirinya “anti-Semit” akibat kritik terhadap kebijakan Israel.
Eurovision menyebut pihaknya telah dua kali meminta tanggapan dari Google terkait kebijakan serta belanja iklan pemerintah Israel, namun hingga kini belum ada jawaban.
“Strategi Israel menyoroti kerentanan publik internasional terhadap narasi emosional yang persuasif serta tantangan bagi pemeriksa fakta dan jurnalis tradisional untuk menandinginya,” demikian isi laporan investigasi tersebut.