Ntvnews.id, Jakarta - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya menggelar pemungutan suara penting terkait nasib Palestina. Resolusi yang mendukung pembentukan negara Palestina merdeka berhasil disahkan dengan dukungan 142 negara. Namun, 10 negara memilih menolak, sementara 12 negara lainnya menyatakan abstain.
Resolusi yang resmi diberi nama “Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara” ini merupakan tindak lanjut dari konferensi internasional di Markas Besar PBB pada Juli lalu. Konferensi tersebut digagas oleh Prancis dan Arab Saudi.
Sebelum pemungutan suara, Duta Besar Prancis untuk PBB, Jérôme Bonnafont, menegaskan bahwa Deklarasi New York akan menjadi peta jalan menuju solusi dua negara.
“Deklarasi ini melibatkan gencatan senjata segera di Gaza, pembebasan semua sandera yang ditawan di Gaza, dan pembentukan Negara Palestina yang layak dan berdaulat,” ujarnya.
Peta jalan tersebut juga mencakup pelucutan senjata Hamas, pengucilan kelompok itu dari pemerintahan Gaza, normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab, serta jaminan keamanan kolektif.
Namun, penolakan keras datang dari Israel. Duta Besarnya di PBB, Danny Danon, menyebut deklarasi ini hanya manuver politik tanpa arti.
“Hamas adalah pemenang terbesar dari setiap dukungan yang diberikan hari ini,” kata Danon.
Daftar 10 Negara Penolak
- Argentina
- Hungaria
- Mikronesia
- Nauru
- Palau
- Papua Nugini
- Paraguay
- Tonga
- Amerika Serikat
- Israel
Di sisi lain, 12 negara memilih abstain, termasuk Albania, Ceko, Ekuador, Ethiopia, hingga Sudan Selatan dan Kongo.
Penolakan Berbanding Terbalik dengan Situasi di Gaza
Di tengah upaya diplomasi global itu, situasi di lapangan justru semakin memburuk. Israel terus menggempur Gaza dengan serangan udara besar-besaran. Gedung-gedung luluh lantak, termasuk sekolah yang dijadikan tempat penampungan PBB, dan setidaknya 49 warga sipil tewas.
Menurut laporan Al-Jazeera, korban jiwa di Gaza pada Sabtu (13/9) saja mencapai 62 orang. Lebih dari 6.000 warga terpaksa mengungsi akibat pemboman beruntun. Israel juga menyebarkan selebaran agar penduduk melarikan diri, meski banyak di antara mereka memilih bertahan atau kembali ke rumah setelah mendapati kamp pengungsian penuh sesak dan kekurangan pasokan.