Ntvnews.id, Kongo - Kelompok pemberontak di Kongo yang berafiliasi dengan Islamic State (ISIS) melancarkan serangan mematikan terhadap warga sipil yang menghadiri pemakaman di wilayah timur, menewaskan lebih dari 50 orang. Aksi ini menjadi salah satu serangan besar terbaru yang dilakukan kelompok bersenjata di negara tersebut.
Dilansir dari Reuters, Rabu, 10 September 2025, Pejabat pemerintah lokal, Macaire Sivikunula, mengungkapkan bahwa Pasukan Demokratik Sekutu (ADF), kelompok yang mendapat dukungan ISIS, menggunakan parang dalam serangan keji yang menewaskan puluhan orang pada Senin , 8 September 2025 malam waktu setempat. Serangan itu terjadi di kota Ntoyo, wilayah Lubero, Provinsi Kivu Utara.
"Saya bisa mengonfirmasi jumlah korban tewas sementara sebanyak 50 orang. Para korban terkejut saat seremoni berkabung di desa Ntoyo sekitar pukul 21.00 waktu setempat, dan kebanyakan dari mereka dibunuh dengan parang," sebut Sivikunula dalam pernyataannya.
"Pencarian masih berlanjut," ucapnya.
Baca Juga: PBB Kecam Genosida Israel, Sebut Kini Gaza adalah Kuburan
ADF dikenal sebagai salah satu milisi yang berebut wilayah dan sumber daya di timur Kongo yang kaya mineral. Kelompok ini awalnya muncul sebagai pemberontakan di Uganda, namun sejak akhir 1990-an bermarkas di Kongo. ISIS secara resmi mengakui ADF sebagai afiliasi mereka.
Gelombang serangan yang dilakukan ADF belakangan ini memperburuk kondisi keamanan di kawasan timur Kongo, wilayah yang juga diguncang serangan besar oleh kelompok pemberontak M23 yang didukung Rwanda pada awal tahun.
Pada bulan lalu, ADF membunuh lebih dari 50 warga sipil dalam beberapa serangan. Sementara pada Juli, serangan terhadap sebuah gereja di wilayah tersebut menelan sedikitnya 38 korban jiwa.
Baca Juga: Merinding, Ada Tanah 'Kuburan' dan Belatung di Rumah Anisa Bahar
Kolonel Alain Kimewa, pejabat administrasi militer di Lubero, menyampaikan kepada Reuters bahwa jumlah korban akibat serangan terbaru ADF mencapai sekitar 60 orang, dengan kemungkinan masih bertambah karena sejumlah warga dilaporkan hilang.
Selain menggunakan parang, menurut tokoh masyarakat sipil Samuel Kagheni, para penyerang juga menembaki korban dan membakar kendaraan.
Seorang warga, Alain Kahindo Kinama, mengatakan tentara Kongo baru tiba di lokasi pada Selasa (9/9) pagi, saat banyak warga berusaha melarikan diri dari daerah tersebut.
Sementara itu, juru bicara militer Kongo, Letnan Marc Elongo, menegaskan bahwa militan ADF telah "melakukan pembantaian" ketika pasukan tiba di lokasi kejadian.
Serangan mengerikan ini terjadi di tengah operasi militer gabungan Kongo dan Uganda yang semakin ditingkatkan dalam beberapa pekan terakhir untuk menumpas ADF.