Ntvnews.id, Canbera - Mayoritas warga Australia menilai bahwa memperkuat kemandirian dari Amerika Serikat (AS) akan memberikan dampak positif bagi negara mereka, berdasarkan hasil sebuah survei.
Dilansir dari BBC, Selasa, 29 Juli 2025, survei tersebut dilakukan oleh lembaga riset pasar Resolve Strategic untuk surat kabar milik Nine Entertainment. Dalam survei itu, terungkap bahwa 46 persen warga Australia beranggapan bahwa meningkatkan kemandirian dari AS dalam kebijakan luar negeri dan keamanan nasional merupakan "hal yang baik" bagi Australia.
Sebaliknya, hanya 22 persen responden yang menyebut bahwa langkah tersebut akan menjadi "hal yang buruk" bagi negara mereka, sedangkan 33 persen lainnya menyatakan tidak yakin atau memilih bersikap netral.
Dari kelompok pemilih Partai Buruh yang menang dalam pemilu bulan Mei lalu, sebanyak 56 persen menyatakan bahwa menjauhkan ketergantungan dari AS akan memberikan dampak positif bagi Australia.
Baca Juga: Eks Staf Nadiem Jurist Tan Ada di Australia, Hasil Penyelidikan Detektif Boyamin
Selain itu, survei tersebut juga mencatat bahwa lebih dari separuh responden, yaitu 53 persen, menilai kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS 2024 adalah hal yang buruk bagi Australia. Persentase ini memang menurun dari angka 68 persen pada bulan April, tetapi tetap lebih tinggi dibandingkan 40 persen saat pemilu AS pada November.
Sebanyak 18 persen responden berpandangan bahwa kemenangan Trump merupakan hal baik bagi Australia, meningkat dari 11 persen di bulan April, namun masih di bawah angka 29 persen pada bulan November.
Jim Reed, pendiri Resolve Strategic, mengungkapkan kepada surat kabar Nine Entertainment bahwa hubungan antara Australia dan AS kini sedang berada dalam kondisi "tegang", terutama dalam aspek perdagangan.
Baca Juga: Kapolri: 2 Penembak Warga Australia di Bali Sudah Tertangkap
"Pihak Australia cukup dingin terhadap Trump, dan tampaknya tarif yang diberlakukannya telah memupuskan harapan untuk meluluhkan hati mereka dalam waktu dekat," kata Reed.
Pertemuan tatap muka pertama yang direncanakan antara Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Trump pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada bulan Juni lalu akhirnya batal, menyusul keputusan sang presiden untuk meninggalkan KTT lebih awal.
Dalam survei terbaru, sebanyak 38 persen warga Australia menyalahkan AS dan Trump sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kegagalan pertemuan para pemimpin tersebut, sementara 26 persen lainnya menyebut Australia dan Albanese sebagai pihak yang bertanggung jawab.