Makin Susah Jadi Warga Negara AS Dibuat Oleh Trump!

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 28 Jul 2025, 08:50
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Di halaman Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa, 15 Juli 2025 waktu setempat, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan keterangan kepada wartawan. Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa, berdasarkan negosiasi langsung de Di halaman Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa, 15 Juli 2025 waktu setempat, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan keterangan kepada wartawan. Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa, berdasarkan negosiasi langsung de (Antara)

Ntvnews.id, Washington DC - Pemerintahan Trump berencana untuk memberlakukan pembatasan baru terhadap imigrasi legal, termasuk memperumit ujian kewarganegaraan Amerika Serikat serta mereformasi sistem visa non-imigran H-1B untuk pekerja terampil, dengan fokus pada pemberi kerja yang menawarkan upah tinggi.

“Tes, sebagaimana yang ditetapkan saat ini, tidak terlalu sulit,” ujar Direktur Dinas Kewarganegaraan dan Imigrasi AS (USCIS), Joseph Edlow, dalam wawancara dengan The New York Times, dikutip dari Anadolu, Senin, 28 Juli 2025.

“Sangat mudah untuk menghafal jawabannya. Saya rasa kita belum belum benar-benar sejalan dengan semangat hukum,” tambah Edlow.

Edlow menjelaskan bahwa USCIS berencana mengembalikan versi ujian naturalisasi yang pernah diterapkan selama masa jabatan pertama Presiden Trump. Versi tersebut memiliki jumlah pertanyaan lebih banyak dan syarat kelulusan yang lebih ketat.

Baca Juga: Trump Umumkan Penarikan AS dari UNESCO karena Alasan Ideologis

Ia juga menyarankan adanya pembaruan pada program visa H-1B visa yang setiap tahun mengizinkan 85.000 profesional asing di sektor tertentu untuk bekerja di AS dengan memprioritaskan pelamar yang mendapatkan tawaran gaji tertinggi.

“Saya sungguh berfikir bahwa visa H-1B seharusnya digunakan untuk melengkapi, bukan menggantikan, perekonomian AS, bisnis AS, dan tenaga kerja AS,” jelasnya.

Kritikus kebijakan ini menilai bahwa rencana tersebut dapat mempersempit peluang bagi imigran muda yang memiliki keahlian tinggi.

“Memberikan visa H-1B hanya kepada yang mendapat tawaran gaji tertinggi akan menguntungkan pekerja yang lebih tua, yang mungkin segera pensiun atau meninggalkan negara,” ujar David Bier, Direktur Studi Imigrasi dari Cato Institute, kepada Newsweek.

“Aneh untuk mengatakan tes itu mudah, padahal kebanyakan warga Amerika sendiri akan gagal,” tambahnya.

Baca Juga: Hadapi Tarif Trump, Sri Mulyani Jajaki Peluang Dagang dengan Kanada

Sementara itu, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS juga sedang mengevaluasi opsi untuk mengganti sistem undian dalam proses seleksi visa H-1B dengan pendekatan berbasis tingkat gaji.

Gagasan ini mendapat dukungan dari kelompok seperti Institute for Progress, yang berpendapat bahwa kebijakan tersebut dapat meningkatkan dampak ekonomi program visa hingga 88 persen.

Kendati sejumlah pihak dari Partai Republik tetap skeptis terhadap isu imigrasi, Edlow menekankan bahwa pihaknya mendukung migrasi legal yang selaras dengan kepentingan nasional Amerika.

“Saya pikir ini seharusnya menjadi ini memberikan dampak positif secara keseluruhan,” katanya.

“Jika kita melihat orang-orang yang datang untuk memajukan agenda ekonomi tertentu, itulah yang perlu kita dukung,” lanjutnya.

Namun demikian, perubahan besar dalam kebijakan imigrasi baik terkait sistem visa maupun ujian kewarganegaraan kemungkinan akan membutuhkan persetujuan dari lembaga federal lainnya atau Kongres, di mana konsensus bipartisan masih menjadi tantangan.

x|close