Ntvnews.id, Jakarta - Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menyampaikan bahwa proses negosiasi restrukturisasi utang proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Whoosh masih terus berlangsung dengan pihak China, mencakup pembahasan jangka waktu pinjaman, suku bunga, dan mata uang.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, mengatakan bahwa negosiasi restrukturisasi utang proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) masih berlanjut.
"Terus kita bernegosiasi, kami akan berangkat lagi (ke China) untuk bernegosiasi mengenai term dan pinjamannya. Ini menjadi poin negosiasi berkaitan sama jangka waktu pinjaman, suku bunga, dan kemudian ada beberapa mata uang yang juga akan kita diskusikan dengan mereka," ujar Dony di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 23 Oktober 2025.
Baca Juga: Danantara Siapkan Langkah Efisiensi, Jumlah BUMN Akan Direduksi Jadi 230–340 Perusahaan
Ia menjelaskan bahwa tim negosiasi yang terdiri dari unsur pemerintah dan Danantara akan segera berangkat ke China untuk melanjutkan pembahasan dengan pemerintah China serta perusahaan mitra dalam konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
"Kita sedang mengatur waktu, kita sedang diskusikan juga dengan Menko Infrastruktur (Agus Harimurti Yudhoyono) untuk segera kita akan negosiasi," tambahnya.
Dony menuturkan, utang yang sedang direstrukturisasi merupakan pinjaman pembangunan proyek akibat keterbatasan modal awal. Proses restrukturisasi tersebut mencakup jangka waktu pinjaman, tingkat suku bunga, serta mata uang pinjaman.
Sementara itu, penyelesaian masalah keuangan KCIC masih dalam tahap kajian dengan mempertimbangkan sejumlah opsi terbaik. Salah satu alternatif adalah pemisahan antara infrastruktur dan operasional, atau pelimpahan sebagian aset menjadi aset milik negara seperti badan layanan umum (BLU).
"Kita tidak ingin opsi A, B, atau C. Pak Rosan juga sudah menyampaikan, ini akan kita kaji. Tentu dalam kajian itu ada beberapa opsi, masing-masing tentu ada plus minusnya. Nah, semua alternatif ini nanti akan kita sajikan, dan mana yang terbaik," ujarnya.
Baca Juga: KDM Ungkap Dana Pemda Jabar Disimpan Bentuk Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi Lagi
"Bagi kami sebagai pengelola daripada KCIC, tentu yang paling penting adalah bagaimana kemudian layanannya bisa kami pastikan ini harus meningkat," lanjutnya.
Dony menambahkan bahwa secara operasional KCIC telah menunjukkan kinerja positif, dengan jumlah penumpang mencapai 20–30 ribu orang per hari. Peningkatan kualitas layanan juga terus dilakukan seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap moda transportasi cepat tersebut.
"EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) KCIC juga positif itu, tinggal masalah utang pembangunan yang lalu, yang ini tentu ada opsi, beberapa opsi dan kita pastikan tentunya ini opsi yang terbaik," kata Dony.
Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto akan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) terkait penyelesaian utang proyek KCIC.
Baca Juga: Pramono Segera Cek Jalan Tinggi Sebelah di Jakut yang Bikin Mobil Terperosok
"Kita tinggal tunggu Keppres saja," ujar Luhut.
Adapun total investasi proyek KCIC mencapai sekitar 7,27 miliar dolar AS atau setara Rp120,38 triliun, dengan sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga 2 persen per tahun.
Hingga kini, pemerintah masih mengkaji dua opsi utama penyelesaian, yakni pelimpahan kewajiban kepada pemerintah atau penyertaan dana tambahan ke PT KAI. Namun, pemerintah tetap mendorong agar Danantara mengambil peran utama dalam restrukturisasi pembayaran pinjaman tersebut.
Baca Juga: IOC Ancam Indonesia, Tapi 'Lemah' ke Israel
(Sumber: Antara)