Rosan Kaji Opsi Penyelesaian Utang KCIC yang Tidak Timbulkan Masalah Baru

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Okt 2025, 14:49
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Reslani ditemui usai konferensi pers capaian investasi triwulan III 2025 di Jakarta, Jumat 17 Oktober 2025. ANTARA/Muzdaffar Fauzan. Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Reslani ditemui usai konferensi pers capaian investasi triwulan III 2025 di Jakarta, Jumat 17 Oktober 2025. ANTARA/Muzdaffar Fauzan. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) Danantara sekaligus Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah melakukan kajian menyeluruh untuk menentukan opsi terbaik dalam penyelesaian utang proyek Kereta Cepat Indonesia–China (KCIC), agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

"Agar penyelesaiannya adalah penyelesaian yang komprehensif. Bukan hanya penyelesaian yang sifatnya bisa potensi problem lagi," ujar Rosan di Jakarta, Jumat.

Ia menegaskan, proses penyelesaian utang tersebut tidak hanya mempertimbangkan aspek finansial, tetapi juga komunikasi dengan Pemerintah China. Hal ini, kata dia, penting karena proyek KCIC merupakan salah satu program strategis yang mendapat perhatian tinggi dari pemerintah China.

“Karena ini juga buat mereka menjadi hal yang sangat penting. Karena ini adalah program dari Presiden Xi Jinping pada waktu itu. Jadi, tolong bersabar,” ucap Rosan.

Rosan memastikan bahwa opsi penyelesaian yang dipilih nantinya akan memberikan hasil terbaik bagi seluruh pihak, termasuk PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku pemegang saham utama proyek KCIC. Ia menargetkan kajian terkait opsi penyelesaian utang tersebut dapat rampung sebelum akhir tahun ini.

Baca Juga: Luhut Sebut Prabowo Akan Terbitkan Keppres untuk Tuntaskan Utang KCIC

Sebagai informasi, total investasi proyek KCIC mencapai sekitar 7,27 miliar dolar AS atau setara Rp120,38 triliun. Dari total nilai tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan tingkat bunga 2 persen per tahun.

Saat ini, terdapat dua alternatif skema penyelesaian yang sedang dipertimbangkan, yakni pelimpahan kewajiban kepada pemerintah atau penambahan penyertaan modal ke PT KAI. Namun, kedua opsi tersebut belum bersifat final karena Danantara tetap diarahkan untuk mengambil peran utama dalam pembayaran utang proyek tersebut.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menilai bahwa Danantara memiliki kemampuan keuangan yang memadai untuk menuntaskan kewajiban utang proyek KCIC atau Whoosh tanpa menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Mereka (Danantara) akan propose ke kita seperti apa. Ya kira-kira nanti kita tunggu deh seperti apa studinya. Tapi yang jelas, saya tanya ke beliau (Rosan) tadi, apakah di klausulnya yang bayar harus pemerintah? Kan yang penting, kalau yang saya tahu CDB mereka yang penting struktur pembayarannya clear. Jadi seharusnya enggak ada masalah,” ujar Purbaya usai menghadiri Rapat Dewan Pengawas Danantara di Jakarta, Rabu 15 Oktober 2025.

 

(Sumber : Antara)

x|close