Ntvnews.id, Vatikan - Para pemimpin masyarakat adat berkumpul di landasan bersalju Bandara Internasional Pierre Elliott Trudeau, Montreal, saat kargo berharga diturunkan dari pesawat Air Canada.
Dilansir dari DW, Selasa, 9 Desember 2025, menyebut dalam kotak-kotak tersebut terdapat lebih dari 60 artefak budaya, termasuk sebuah kayak kulit anjing laut yang sangat langka milik masyarakat Inuit. Benda-benda ini diambil lebih dari seratus tahun lalu dari komunitas First Nations, Inuit, dan Métis, kemudian disimpan di museum serta ruang penyimpanan milik Vatikan.
Kampanye untuk memulangkan artefak-artefak itu sebelumnya mendapat dukungan dari Paus Fransiskus sebelum wafat, tak lama setelah beliau menyampaikan permintaan maaf atas pelanggaran yang terjadi di sekolah-sekolah pemukiman yang dikelola gereja di Kanada.
Baca Juga: Paus Leo XIV Kritik Aktivis Anti-Migran yang Sebarkan Ketakutan terhadap Islam
Repatriasi ini berlangsung seiring meningkatnya inisiatif museum-museum dunia untuk mengembalikan artefak yang dianggap diperoleh secara tidak etis ke negara asal masing-masing.
Kepala Nasional First Nations, Cindy Woodhouse Nepinak, menyebut pemulangan artefak ini sebagai momen bersejarah dan penuh emosi bagi banyak komunitas adat.
“Kami telah menempuh perjalanan panjang, dan masih banyak yang harus dilakukan,” ujarnya dalam konferensi pers, menegaskan kembali bahwa proses rekonsiliasi masih jauh dari kata selesai.
Asal-usul yang Dipertanyakan
Menurut CNN International, Senin, 8 November 2025, tidak ada daftar inventaris publik mengenai seluruh koleksi yang dipulangkan, meskipun jumlah yang kembali hanya sebagian kecil dari ribuan objek era kolonial yang ada dalam koleksi Vatikan. Dari total 62 artefak, salah satunya adalah kayak kulit anjing laut dari wilayah Inuvialuit di Arktik barat, yang menjadi benda terakhir diturunkan dari pesawat.
Artefak-artefak tersebut pertama kali dibawa ke Roma untuk dipamerkan dalam Vatican Mission Exposition tahun 1925, sebuah pameran 13 bulan yang menampilkan pengaruh gereja di berbagai belahan dunia dan menarik jutaan pengunjung.
Vatikan menyatakan bahwa artefak-artefak itu merupakan hadiah untuk Paus Pius XI, yang menjabat sejak 1922. Namun klaim ini sejak lama dipertanyakan oleh masyarakat adat Kanada.
Koleksi tersebut dikumpulkan pada masa ketika identitas budaya masyarakat adat Kanada ditekan lewat undang-undang yang melarang praktik tradisional dan mewajibkan anak-anak menghadiri sekolah pemukiman gereja yang bertujuan “membunuh identitas Indian pada diri anak.”
Dalam konteks tersebut, sulit memastikan apakah benda-benda itu benar-benar diberikan secara sukarela.
Paus Leo XIV. (ANTARA)
“Sangat diragukan bahwa ini adalah bentuk pemberian yang bermakna,” ujar Cody Groat, Asisten Profesor Sejarah dan Studi Adat di Western University Kanada, melalui email kepada CNN.
Desakan untuk mengembalikan artefak semakin kuat pada 2022, saat delegasi First Nations, Inuit, dan Métis mengunjungi Roma untuk membahas sejarah kelam sekolah pemukiman bersama Paus Fransiskus.
Kunjungan itu kemudian diikuti oleh “ziarah penitensial” ke Kanada, di mana Paus Fransiskus meminta maaf atas “kejahatan yang dilakukan banyak umat Kristiani terhadap masyarakat adat.” Paus Fransiskus berjanji mengembalikan artefak tersebut, namun keputusan akhir berada di tangan Paus Leo.
Proses Pemulangan
Vatikan dan Konferensi Waligereja Kanada mengumumkan bulan lalu bahwa artefak tersebut beserta dokumennya akan “dihadiahkan kembali” oleh Paus Leo kepada komunitas adat, menyebutnya sebagai kelanjutan dari proses yang dimulai oleh Paus Fransiskus.
Groat menilai langkah awal Paus Leo sebagai “tindakan bermakna yang menjanjikan bagi pembaruan hubungan antara Gereja Katolik dan masyarakat adat, baik di Kanada maupun dunia.”
Baca Juga: Momen Hangat Menag Nasaruddin Umar Bertemu dengan Paus Leo XIV di Vatikan
Artefak-artefak itu terlebih dahulu akan diteliti di Canadian Museum of History di Gatineau, Quebec, sebelum pemimpin adat menentukan lokasi penyimpanan barunya.
“Kami menantikan proses membuka kotak artefak dalam beberapa hari mendatang agar para pemimpin dan ahli Inuit dapat mengetahui asal-usul benda tersebut di masing-masing komunitas dan berbagi pengetahuan itu tidak hanya dengan Inuit Kanada tetapi juga seluruh negeri,” ujar Presiden Inuit Tapiriit Kanatami, Natan Obed, dalam konferensi pers.
Menurut Groat, pemulangan artefak memiliki makna mendalam bagi masyarakat adat yang memandang benda-benda itu sebagai “leluhur budaya dengan kehidupan dan keberadaan tersendiri.”
“Leluhur budaya ini kini dapat kembali ke komunitas kami dan membantu menjaga keberlanjutan serta revitalisasi praktik budaya kami.”
Paus Leo XIV. (ANTARA)