Mendukbangga: Sekolah Lansia Dapat Cegah Penduduk Menua Alami Kesepian

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Des 2025, 15:46
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji (berkemeja putih) bersama sang istri di sebelah kirinya saat mewisuda salah satu siswa Sekolah Lansia di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada Kamis, 4 Desember 2025. ANTARA/HO-Kemendukbangga/BKKBN. Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji (berkemeja putih) bersama sang istri di sebelah kirinya saat mewisuda salah satu siswa Sekolah Lansia di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada Kamis, 4 Desember 2025. ANTARA/HO-Kemendukbangga/BKKBN. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) sekaligus Kepala BKKBN, Wihaji menegaskan bahwa keberadaan Sekolah Lanjut Usia (Lansia) berperan penting dalam mencegah para penduduk lanjut usia mengalami kesepian, terutama ketika Indonesia telah memasuki fase populasi menua (aging population) dengan jumlah lansia melampaui 10 persen dari total penduduk.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wihaji ketika meluncurkan program Lansia Berdaya (Sidaya) di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada Kamis, 4 Desember 2025. Program ini bertujuan untuk mendorong para lansia agar tetap aktif, produktif, serta memiliki kesempatan berkontribusi bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

"Sekolah lansia merupakan bagian dari jawaban untuk memberikan ruang mereka berkegiatan, karena sebagian dari lansia hidup dalam kesepian," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 5 Desember 2025.

Wihaji menjelaskan bahwa dukungan pemerintah pada program Sidaya diwujudkan melalui pendirian sekolah lansia di lingkungan Bina Keluarga Lansia (BKL) oleh Kemendukbangga/BKKBN, pengembangan inisiatif lansia entrepreneur, serta penerbitan kartu lansia sebagai identitas dan akses layanan.

Baca Juga: Pengadaan Becak Listrik untuk Lansia, GSN Ungkap Prabowo Keluarkan Kocek Pribadi

Dalam implementasinya, program Sidaya menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi lebih awal penyakit tanpa gejala, memetakan lansia aktif maupun lansia yang membutuhkan pendampingan Perawatan Jangka Panjang (PJP), serta pelatihan dan pendampingan PJP berbasis keluarga. Program ini juga membuka akses pendampingan lansia dalam BKL dan menghadirkan Sekolah Lansia di BKL sebagai wadah pembelajaran berkelanjutan.

Selain itu, terdapat program lansia entrepreneur guna meningkatkan kemampuan ekonomi produktif yang mendorong lansia tetap aktif di berbagai sektor usaha. Di sisi lain, keberadaan kartu Sidaya berfungsi sebagai identitas untuk memastikan lansia mendapatkan kemudahan pelayanan dan pemenuhan hak mereka.

Wihaji kembali menegaskan pentingnya kehadiran negara dalam mendampingi keluarga dan masyarakat.

Baca Juga: UI Buat Program Khusus untuk Lansia di Museum Nasional Indonesia

"Presiden menyampaikan jangan banyak seminar, tapi cek langsung ke lapangan untuk mengetahui kondisi mereka," ucap Wihaji.

Berdasarkan Statistik Penduduk Lanjut Usia 2024 (BPS), persentase penduduk lansia di Indonesia mencapai 12 persen dari total populasi sebesar 268 juta jiwa, yang menandakan Indonesia telah memasuki kategori negara dengan struktur penduduk menua. Kondisi ini dinilai dapat menjadi peluang bonus demografi apabila para lansia tetap produktif sehingga mampu berkontribusi untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Namun demikian, tantangan masih besar. Data BPS 2024 menunjukkan bahwa dua dari lima lansia (42,81 persen) melaporkan gangguan kesehatan selama satu bulan terakhir, sementara angka morbiditas lansia mencapai 20,71 persen. Dengan demikian, kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk mempersiapkan lansia yang sehat, aktif, dan produktif melalui pelaksanaan program Sidaya.

(Sumber: Antara) 

x|close