Basarnas Soroti Kelelahan Ekstrem Tim SAR Setelah Sepekan Operasi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 1 Des 2025, 17:05
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Tangkapan layar - Kepala Basarnas Mohammad Syafii memberikan pemaparan terkait perkembangan situasi operasi SAR tanggap darurat bencana Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Senin 1 Desem Tangkapan layar - Kepala Basarnas Mohammad Syafii memberikan pemaparan terkait perkembangan situasi operasi SAR tanggap darurat bencana Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Senin 1 Desem (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Basarnas mengungkapkan bahwa tim SAR gabungan mengalami kelelahan berat setelah bekerja tanpa henti selama tujuh hari dalam operasi tanggap darurat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kepala Basarnas Mohammad Syafii, dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Senin, menjelaskan bahwa kondisi di lapangan sangat menantang.

Menurutnya, para petugas menjalankan tugas selama 24 jam nonstop di medan yang sulit dengan komunikasi yang sering terputus serta cuaca yang tidak bersahabat, sehingga memerlukan stamina ekstra.

Syafii memaparkan bahwa tekanan fisik dan mental meningkat karena sebagian tim ditempatkan di wilayah terisolasi yang hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki berjam-jam melalui medan yang licin dan terjal, tanpa dukungan komunikasi radio yang memadai. Beberapa personel bahkan bertugas lebih dari 72 jam tanpa jeda ketika banjir bandang dan longsor terjadi bersamaan, terutama di wilayah Agam dan Tapanuli Selatan.

Untuk mengantisipasi kelelahan dan menjaga keberlanjutan operasi, Basarnas menambah pasukan cadangan dengan mengerahkan KN Ganesha dari Jakarta serta tim dari Kantor SAR Pekanbaru guna menggantikan personel di Aceh dan Sumatera Barat yang sudah melewati batas kemampuan fisik.

Baca Juga: Basarnas: 33 Ribu Warga Dievakuasi Dari Aceh, Sumut dan Sumbar

Sementara itu di Sumatera Utara, beban kerja semakin berat karena banyak desa hanya dapat diakses melalui jalur udara. Hal ini membuat tim harus melakukan evakuasi menggunakan helikopter berkali-kali dalam satu hari. Syafii menegaskan bahwa keselamatan para rescuer tetap menjadi prioritas utama, sehingga rotasi personel dilakukan secara berkala untuk menjaga efektivitas operasi sekaligus mengurangi risiko kecelakaan.

Warga menunaikan shalat di area rumah yang rusak akibat banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). Bencana banjir bandang yang terjadi pada Selasa (25/11) lalu menyebabka <b>(Antara)</b> Warga menunaikan shalat di area rumah yang rusak akibat banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). Bencana banjir bandang yang terjadi pada Selasa (25/11) lalu menyebabka (Antara)

"Dukungan berbagai pihak terus mengalir agar operasi kemanusiaan ini dapat berjalan optimal hingga seluruh korban ditemukan," ujarnya.

Pusat Pengendalian Operasi Basarnas melaporkan bahwa total warga terdampak mencapai 33.620 orang, dengan 447 korban meninggal dan 399 orang masih hilang. Dari jumlah tersebut, hingga hari ini sebanyak 33.173 orang telah dievakuasi dalam kondisi selamat. Di Aceh, tim mengevakuasi 1.146 warga, dengan 102 korban meninggal dan 116 lainnya masih dalam pencarian. Sebanyak 165 personel dikerahkan untuk memperkuat Kantor SAR Banda Aceh.

Sementara itu, Sumatera Utara mencatat kondisi darurat paling luas dengan 3.029 warga terdampak, 217 korban meninggal, dan 168 masih hilang; operasi di wilayah ini didukung helikopter, kapal, drone, perahu karet, serta 121 personel. Adapun di Sumatera Barat, 29.445 warga terdampak dan 128 meninggal dunia, dengan fokus upaya pencarian di desa-desa terisolasi serta lokasi longsor besar yang menghambat akses tim penyelamat.

 

(Sumber : Antara)

x|close