Ntvnews.id, Jakarta - Viral kisah bocah SD asal Tangerang terlihat menaiki KRL seorang diri untuk berangkat sekolah di Klender, Jakarta Timur. Bocah tersebut bernama Hafitar, dan setiap pagi ia harus berangkat subuh-subuh untuk menempuh perjalanan panjang.
Dalam video yang viral terlihat Hafitar mengenakan seragam merah-putih. Gelagatnya tak seperti anak kecil pada umumnya, dia tampak tenang dan mandiri. Seragam merah-putihnya mencolok di antara para penumpang lain yang sedang menunggu kereta di peron stasiun.
Perjalanan Hafitar bukan hal sederhana. Ia memulai dari stasiun dekat rumahnya di Parung Jaya, Kota Tangerang, transit di Stasiun Tanah Abang, kemudian berganti KRL untuk menuju Stasiun Klender. Total waktu perjalanan hampir 2 jam setiap pagi untuk sampai ke sekolah.
Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) Pendidikan Kecamatan Duren Sawit, Farida Farhah, menjelaskan awal mula Hafitar harus menempuh perjalanan jauh untuk sekolah. Sebelumnya, Hafitar tinggal bersama ibunya di Kampung Sumur, Klender, yang tak jauh dari sekolah.
Baca Juga: KRL Rangkasbitung–Tanah Abang Terhenti Sementara, Penumpang Ngeluh
Namun, kondisi keluarga berubah ketika ayahnya meninggal dan ibunya mendapatkan pekerjaan baru sebagai asisten rumah tangga (ART) di Tangerang.
"Ayahnya meninggal lima tahun lalu, jadi ibunya harus bekerja. Pekerjaan itu baru dapat September kemarin. Karena mereka ngontrak di Klender, mau tidak mau anak ini ikut ibunya tinggal di Tangerang," jelas Farida, dalam keterangan resminya, dilansir pada Selasa, 25 November 2025.
Di awal kepindahan, sang ibu masih mengantar dan menjemput Hafitar naik KRL. Setelah dirasa cukup mandiri dan memahami rute perjalanan, ia mulai naik KRL sendirian. Hafitar juga dibekali kartu Commuter Line dan JakLingko.
Selain itu, ibunya juga sudah berkoordinasi dengan petugas stasiun di Parung Panjang, Tanah Abang, hingga Buaran untuk memastikan keselamatannya. Farida menyebutkan, jauh sebelum kisah ini viral, pihak sekolah sudah menyarankan agar Hafitar pindah sekolah pada semester kedua.
Baca Juga: Dirjen Bea Cukai: Kalau Ada Oknum yang Minta Rp550 Juta Buat Thrifting, Kita Selesaikan!
"Dia nggak mau pindah sekolah. Katanya gurunya baik-baik, teman-temannya juga. Ibunya juga nyaman dengan lingkungan orang tua murid di sini," ungkapnya.
Tak hanya itu, beberapa guru dan orang tua murid menawarkan tempat tinggal sementara bagi Hafitar. Namun, sang ibu selalu menolak tawaran tersebut. Baru setelah kisah Hafitar viral, pihak sekolah mengambil inisiatif untuk membantu secara lebih intensif.
Pemindahan ini dilakukan setelah melalui diskusi panjang antara pihak sekolah, orang tua Hafitar, dan keluarga yang menampung. Kini, Hafitar setiap hari diantar-jemput oleh keluarga temannya, sehingga perjalanan panjangnya dapat lebih aman dan nyaman.
Bocah SD Naik KRL dari Tangerang ke Jaktim (Instagram)