PM Jepang dan PM China Tak Saling Sapa di KTT G20

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 24 Nov 2025, 06:00
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Arsip - Sanae Takaichi berbicara dalam kampanye pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) di Tokyo, Jepang (22/9/2025). Arsip - Sanae Takaichi berbicara dalam kampanye pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) di Tokyo, Jepang (22/9/2025). (ANTARA)

Ntvnews.id, Johannesburg - Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi dan Perdana Menteri China Li Qiang tidak saling menyapa selama berlangsungnya KTT G20 di Afrika Selatan akhir pekan kemarin. Situasi tersebut mencerminkan memburuknya hubungan kedua negara setelah pernyataan Takaichi mengenai kemungkinan serangan China terhadap Taiwan.

Dalam peringatan terbarunya, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyebut bahwa pemimpin Jepang itu telah mengirimkan “sinyal keliru” dengan menyatakan kesiapan melakukan intervensi militer terkait Taiwan suatu “garis merah” yang menurut Beijing tidak boleh dilanggar, sebagaimana tercantum dalam pernyataan kementerian pada Minggu.

Setelah mengikuti pertemuan dua hari yang menjadi penampilan perdananya di forum G20, Takaichi mengatakan kepada wartawan bahwa ia tidak merencanakan pertemuan dengan Li.

“Sejak saya menjadi perdana menteri, tekad Jepang untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan, konstruktif, dan stabil tetap tidak berubah,” ujarnya. “Jepang terbuka untuk dialog di berbagai tingkat.”

Baca Juga: G20 Kritik Kebijakan Tarif Trump, AS Absen dari Deklarasi Bersama

Takaichi menyadari adanya berbagai persoalan yang saat ini membebani hubungan Tokyo–Beijing.

“Justru karena ada kekhawatiran dan perbedaan, kita harus menguranginya, saling memahami, dan memperkuat kerja sama. Tentu saja, penting bagi Jepang untuk menyampaikan hal-hal yang perlu disampaikan kepada China,” katanya.

Ilustrasi - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan. ANTARA/Anadolu/py/am. <b>(Antara)</b> Ilustrasi - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan. ANTARA/Anadolu/py/am. (Antara)

Ketegangan kembali meningkat setelah China mengeluarkan peringatan perjalanan ke Jepang dan kembali melarang impor produk laut dari negara tersebut. Kebijakan itu diambil usai Takaichi menyatakan di parlemen pada 7 November bahwa serangan terhadap Taiwan bisa memicu respons militer dari Jepang.

Pernyataan tersebut diartikan sebagai kemungkinan bahwa Pasukan Bela Diri Jepang dapat mendukung Amerika Serikat  sekutu keamanannya  jika China memberlakukan blokade maritim atau menekan Taiwan secara militer.

Baca Juga: Gibran Singgung Gaza di KTT G20: Dunia Tak Boleh Normalisasi Penderitaan Manusia

Tokyo menolak permintaan China agar Takaichi mencabut ucapannya, dengan menegaskan bahwa pernyataan tersebut sejalan dengan sikap resmi pemerintah Jepang selama ini.

Para pemimpin Jepang sebelumnya juga telah menyampaikan kekhawatiran terkait ancaman China terhadap Taiwan, namun mereka tidak pernah menjelaskan secara terbuka bagaimana respons Jepang jika skenario itu benar-benar terjadi.

Perselisihan antara Tokyo dan Beijing sendiri telah berlangsung lama, mencakup isu sejarah, perbatasan, serta berbagai persoalan strategis lainnya.

x|close