G20 Kritik Kebijakan Tarif Trump, AS Absen dari Deklarasi Bersama

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 23 Nov 2025, 20:15
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan. ANTARA/Anadolu/py/am. Ilustrasi - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan. ANTARA/Anadolu/py/am. (Antara)

Ntvnews.id, Moskow - Negara-negara anggota G20 dalam KTT pada Sabtu, 22 November 2025, menyatakan komitmen untuk menindak “langkah-langkah perdagangan sepihak yang tidak sesuai” dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sikap ini dianggap sebagai tantangan langsung terhadap kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut.

Tanpa kehadiran Trump maupun pejabat pemerintah Amerika Serikat, forum G20 mengambil langkah tidak biasa dengan mengesahkan deklarasi pada awal pertemuan. Dokumen tersebut kemudian diratifikasi oleh Afrika Selatan selaku tuan rumah.

Trump selama ini kerap mengabaikan kerangka kerja multilateral G20 demi mendorong kebijakan “America First,” bahkan pernah menuduh petani kulit putih di Afrika Selatan diperlakukan tidak adil, klaim yang telah dibantah pemerintah negara tersebut.

Deklarasi yang tidak mendapat dukungan AS itu juga menyoroti meningkatnya “ketidakpastian dan fragmentasi ekonomi global,” serta menegaskan bahwa “ancaman atau penggunaan kekuatan untuk memperoleh akuisisi teritorial” harus dihindari.

Baca Juga: Media AS Kritik Janji Dividen Tarif Trump: Gak Logis!

“Kami menegaskan keyakinan kami pada kerja sama multilateral untuk secara kolektif mengatasi tantangan bersama,” demikian isi deklarasi.

Afrika Selatan yang untuk pertama kalinya memimpin KTT G20 berupaya memperkuat kolaborasi dalam berbagai isu, termasuk perubahan iklim dan beban utang negara berkembang.

Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi, yang baru sebulan menjabat dan untuk pertama kalinya hadir dalam KTT G20, menegaskan pentingnya tatanan internasional berbasis aturan dan kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara Global South.

Kehadirannya berlangsung di tengah memburuknya hubungan Jepang–China setelah komentarnya tentang Taiwan, wilayah demokratis yang diklaim Beijing sebagai bagian dari teritorialnya. China, bersama sejumlah negara berkembang, berupaya menekan Takaichi agar menarik pernyataannya terkait kemungkinan keterlibatan Jepang dalam skenario kontingensi Taiwan.

Selain Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin juga tidak menghadiri KTT, sementara Presiden China Xi Jinping diwakili oleh Perdana Menteri Li Qiang.

China menyampaikan bahwa Li tidak memiliki agenda pertemuan bilateral dengan Takaichi, dan meskipun kemungkinan terjadi pertemuan singkat, hal itu akan diamati secara ketat.

Baca Juga: Istana: Tarif Trump 19 Persen untuk Indonesia Terendah di Asia

Dalam dialog pada Sabtu, 22 November 2025, Li dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa sepakat untuk saling mendukung dalam isu-isu yang menjadi kepentingan inti masing-masing negara, termasuk persoalan Taiwan, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China yang dianggap sebagai respons terhadap komentar Takaichi.

Selama sesi KTT, Takaichi yang dikenal pro-Taiwan menyampaikan bahwa dunia tengah menghadapi “serangkaian krisis kompleks,” mengacu pada konflik global dan ketidakpastian ekonomi.

Sejak KTT pertama pada 2008 di Washington, para pemimpin G20 selalu menghasilkan deklarasi bersama, termasuk saat Trump menjabat pada 2017.

KTT G20 di Afrika Selatan ini merupakan yang pertama sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS pada awal 2025, dan berlangsung di tengah kenaikan tarif impor yang diterapkannya, yang memicu kekhawatiran terhadap perdagangan bebas dan prospek ekonomi global.

Baca Juga: DPR Kawal Terus Penulisan Ulang Sejarah sampai Tarif Trump

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini sebesar 3,2 persen, lebih rendah dari rata-rata 3,7 persen sebelum pandemi, dan memperingatkan tingginya ketidakpastian yang sebagian dipicu oleh kebijakan tarif Trump.

Menjelang ke Johannesburg, pemerintahan Takaichi meluncurkan paket stimulus besar untuk meredam tekanan kenaikan harga dan dampak tarif AS, sekaligus memacu investasi jangka panjang. Namun kebijakan fiskal tersebut menekan nilai yen dan memicu meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah Jepang.

Di sisi lain, ketegangan dengan China berpotensi menekan ekonomi Jepang, terlebih setelah Beijing kembali menangguhkan impor produk laut Jepang menyusul pernyataan Takaichi bahwa kemungkinan serangan militer terhadap Taiwan dapat menimbulkan “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” Jepang dan memerlukan respons yang melibatkan Pasukan Bela Diri.

G20 sendiri beranggotakan Argentina, Australia, Brasil, Inggris, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Amerika Serikat, Uni Afrika, dan Uni Eropa.

Tahun depan, Trump akan menjadi tuan rumah pertemuan G20 yang digelar di resor golf miliknya di Miami, Florida, tidak jauh dari kompleks Mar-a-Lago.

(Sumber: Antara) 

x|close