Ntvnews.id, Sudan - Dewan pimpinan militer Sudan menyampaikan kesediaannya menjalin kerja sama dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi guna mengakhiri konflik berkepanjangan di negara tersebut. Pernyataan ini juga menjadi bentuk penghargaan terhadap kedua negara yang dinilai terus mendorong penghentian kekerasan serta memfasilitasi berbagai inisiatif perdamaian.
Sikap terbaru tersebut muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan kesiapan bekerja sama dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir untuk meredam pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
“Kami akan bekerja dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan mitra lain di Timur Tengah untuk menghentikan kekejaman ini,” ucap Trump dalam akun media sosialnya.
Baca Juga: Diminta Pangeran MBS, Trump Janji Upayakan Perdamaian di Sudan atas Permintaan
Konflik antara militer Sudan dan RSF yang pecah sejak April 2023 telah memicu serangkaian ofensif besar, termasuk perebutan ibu kota Darfur Utara, el Fasher. Serangan tersebut mengakibatkan ratusan korban jiwa dan membuat puluhan ribu warga mengungsi tanpa akses layak terhadap makanan maupun layanan kesehatan. Organisasi Migrasi Internasional mencatat hampir 90.000 orang meninggalkan kota itu dan wilayah sekitarnya.
Pemerintah Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio turut menyerukan penghentian dukungan militer asing terhadap RSF, mengingat peningkatan kekerasan yang semakin mengkhawatirkan.
Baca Juga: Serangan RSF di Kordofan Utara Sudan Tewaskan 43 Orang, Puluhan Lainnya Luka-luka
Di sisi lain, pejabat Arab Saudi memperingatkan bahwa ketidakstabilan Sudan dapat membahayakan kawasan Laut Merah dan Afrika karena membuka peluang bagi kelompok ekstremis untuk tumbuh.
Menurut laporan Africanews, perpecahan regional semakin nyata, dengan Mesir, Turki, dan Arab Saudi berada di pihak Angkatan Bersenjata Sudan, sementara Uni Emirat Arab disebut-sebut memasok senjata bagi RSF.
Komitmen Trump untuk bekerja bersama mitra di Timur Tengah disampaikan bertepatan dengan kunjungan pertama Pangeran Mohammed bin Salman ke Washington dalam tujuh tahun terakhir, yang juga membahas langkah-langkah menghentikan konflik di Sudan.
Arsip - Seorang bocah mencari makanan di kamp pengungsi di El Fasher, Darfur Utara, Sudan 9 Juli 2025. (ANTARA/Xinhua/HO-UNICEF/aa) (Antara)