Ntvnews.id, Naypyidaw - Junta militer Myanmar kembali melakukan operasi besar dengan membongkar salah satu pusat aktivitas penipuan daring atau online scam. Dalam tindakan tersebut, sekitar 300 orang berhasil diamankan.
Dilansir dari AFP, Kamis, 20 November 2025, media lokal The Global New Light of Myanmar mengabarkan bahwa operasi terhadap markas scam online di kawasan Shwe Kokko, dekat perbatasan Thailand, dilakukan pada Selasa, 18 November 2025 pagi waktu setempat. Lebih dari 300 orang yang diamankan merupakan warga negara asing.
Wilayah perbatasan Myanmar yang terus dilanda konflik sejak kudeta 2021 menjadi lokasi berkembangnya markas-markas penipuan. Bangunan-bangunan yang digunakan sebagai pusat operasi tersebut menampung para pelaku kejahatan digital yang menargetkan pengguna internet melalui modus penipuan asmara serta bisnis.
Baca Juga: Indonesia Pertimbangkan Kirim Tim Pengamat untuk Pemilu Myanmar 2025
Kegiatan penipuan online ini disebut mampu menghasilkan keuntungan hingga puluhan miliar dolar AS setiap tahun. Junta Myanmar sering dituding membiarkan aktivitas tersebut terus berjalan tanpa pengawasan ketat.
Namun, sejak Februari tahun ini, pihak junta mulai melakukan penindakan setelah mendapat tekanan dari China, salah satu sekutu militer terpentingnya. Sejumlah pengamat menilai operasi yang meningkat sejak bulan lalu juga bertujuan memperkuat citra junta di mata publik, sekaligus meredakan tekanan politik dari Beijing tanpa mengganggu aliran keuntungan bagi kelompok milisi sekutu mereka.
“Selama operasi tersebut, sebanyak 346 warga negara asing yang saat ini sedang diselidiki telah ditangkap,” tulis The Global New Light of Myanmar.
Kawasan Mae Sot, perbatasan antara Thailand dan Myanmar. (Antara)
“Nyaris 10.000 ponsel yang digunakan dalam operasi judi online juga disita,” lanjut laporan itu.
Sejak kudeta 2021 yang memicu perang saudara, kawasan perbatasan Myanmar berkembang menjadi pusat aktivitas scam dan judi online. Para analis mengatakan ribuan orang dari berbagai negara, termasuk korban perdagangan manusia, bekerja di lokasi-lokasi tersebut.
China semakin geram karena banyak warga negara mereka terlibat sebagai pelaku maupun korban penipuan. Junta Myanmar pun melemparkan tanggung jawab kepada kelompok oposisi bersenjata, menuduh mereka memberikan perlindungan pada jaringan scam tersebut. Rezim militer mengklaim pihaknya mulai bergerak setelah “merebut kembali” sejumlah wilayah.
Baca Juga: Kemlu RI Pulangkan 26 WNI dari Myanmar, yang Terlibat Aktivitas Online Scam
Dalam laporan terbaru, Yatai perusahaan yang dikelola warga China-Kamboja bernama She Zhijiang disebut sebagai “entitas yang terlibat” dalam pengelolaan kawasan Shwe Kokko. She ditangkap di Thailand pada 2022 dan baru saja diekstradisi ke China, di mana ia akan menghadapi dakwaan terkait judi online dan penipuan.
She dan perusahaannya telah masuk daftar sanksi Amerika Serikat serta Inggris. AS menuding She mengubah salah satu desa di perbatasan Myanmar–Thailand menjadi kawasan Shwe Kokko, yang digambarkan sebagai “kota resor yang dibangun khusus untuk perjudian, perdagangan narkoba, prostitusi, dan penipuan yang menargetkan orang-orang di seluruh dunia”.
Pada Oktober lalu, junta juga menggerebek markas scam online di KK Park, yang berlokasi dekat Shwe Kokko. Junta mengklaim lebih dari 600 bangunan di kawasan itu telah dihancurkan. Operasi tersebut membuat ribuan orang melarikan diri ke wilayah perbatasan Thailand. Dari jumlah tersebut, 26 orang di antaranya adalah WNI.
Pemimpin junta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing saat menghadiri parade militer memperingati 78 tahun angkatan bersenjata Myanmar di Naypyidaw, Myanmar, Kamis, 31 Juli 2025. (Antara)