Ntvnews.id, Myanmar - Sebuah kelompok etnis pemberontak besar di Myanmar mengumumkan telah menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan rezim junta militer, menjelang pelaksanaan pemilihan umum yang akan datang.
Kelompok Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA) menyatakan pada Rabu 29 Oktober 2025 melalui akun Telegram bahwa kesepakatan dicapai dalam pembicaraan yang dimediasi oleh China. Beberapa putaran perundingan telah berlangsung, termasuk pada 27-28 Oktober di Kunming, kota di wilayah selatan China.
Meskipun demikian, hingga saat ini junta Myanmar belum memberikan pernyataan resmi terkait gencatan senjata terbaru tersebut. TNLA menyebut akan menyerahkan kendali atas Mogoke di Mandalay dan Mongmit di Negara Bagian Shan kepada junta, dengan imbalan rezim militer menghentikan pengeboman di wilayah yang dikuasai TNLA.
Gencatan senjata ini terjadi beberapa bulan setelah junta sempat mengumumkan gencatan senjata sementara pascagempa besar pada akhir Maret, yang menewaskan ratusan orang.
Baca Juga: Bantuan AS Dihentikan, Pengungsi Myanmar Hadapi Kelaparan
Pengumuman terbaru muncul bersamaan dengan pengumuman jadwal pemilihan umum Myanmar, yang pertama sejak kudeta militer Februari 2021. Tahap pertama akan digelar pada 28 Desember, sementara tahap kedua dijadwalkan pada 11 Januari tahun depan. Masa kampanye resmi bagi partai politik terdaftar dimulai dan akan berakhir pada 26 Desember, dua hari sebelum tahap pertama pemungutan suara.
Menurut pejabat Myanmar, 102 kota kecil akan menyelenggarakan pemungutan suara pada tahap pertama, sedangkan 100 kota kecil lainnya mengikuti tahap kedua. Pemilu terakhir di negara berpenduduk mayoritas Buddha itu diadakan pada November 2020, yang dimenangkan oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Namun, pemerintahan NLD digulingkan melalui kudeta militer Februari 2021, sehingga Myanmar berada dalam status darurat selama lebih dari empat tahun.
Berdasarkan data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, hampir 72.422 orang tewas sejak kudeta berlangsung beberapa tahun terakhir, menandai konflik berkepanjangan yang telah menelan korban jiwa besar di negara itu.
(Sumber: Antara)
Arsip foto - Tentara Myanmar mengamankan aksi unjuk rasa di Yangon. ANTARA/Anadolu/as/pri. (Antara)