Ntvnews.id, Bangkok - Para pengungsi Myanmar yang tinggal di kamp perbatasan Thailand kini menghadapi kondisi kelaparan setelah Pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk menghentikan bantuan makanan.
Di kawasan tersebut, lebih dari 100 ribu pengungsi Myanmar selama ini sangat bergantung pada pasokan pangan dari luar negeri.
Dilansir dari Reuters, Jumat, 10 Oktober 2025, Keputusan pemotongan dana bantuan oleh Pemerintah AS menyebabkan distribusi makanan serta bahan bakar untuk memasak dihentikan sepenuhnya.
Baca Juga: Serangan Udara Tewaskan 24 Orang saat Festival Buddha di Myanmar
Akibatnya, banyak pengungsi terpaksa bertahan hidup dengan cara sederhana memasak dari bahan-bahan alami yang ditemukan di sekitar kamp atau mencari makanan langsung dari alam.
Situasi ini menambah penderitaan ribuan pengungsi yang juga kehilangan sumber penghidupan. Salah satunya adalah Mahmud Karmar, yang sebelumnya bekerja di sebuah klinik yang didanai oleh Amerika Serikat. Kini, ia terpaksa mencari makanan di hutan untuk bertahan hidup.
Menurut sejumlah lembaga kemanusiaan, pemotongan dana tersebut telah berdampak pada sekitar 85 persen pengungsi yang tinggal di sepanjang perbatasan Thailand–Myanmar. Kondisi di lapangan terus memburuk, sementara bantuan yang tersisa hanya dijanjikan akan diperpanjang hingga akhir tahun.
Bendera Myanmar (Pixabay)