Serangan Junta Myanmar Tewaskan 40 Orang Saat Festival, Saksi: Anak-anak Hancur Berkeping-keping

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Okt 2025, 06:40
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Bendera Myanmar Bendera Myanmar (Pixabay)

Ntvnews.id, Napydaw - Serangan udara yang dilancarkan oleh junta militer Myanmar terhadap sebuah festival dan aksi protes menewaskan sedikitnya 40 orang, termasuk anak-anak. Seorang peserta acara dan anggota panitia lokal menggambarkan tragedi tersebut sebagai serangan yang sangat brutal.

Dilansir dari AFP, Rabu, 8 Oktober 2025, Myanmar masih dilanda perang saudara sejak kudeta militer tahun 2021. Kudeta itu mendorong kelompok pemberontak pro-demokrasi untuk mengangkat senjata dan bersekutu dengan berbagai kelompok etnis bersenjata guna melawan pemerintahan junta.

Ratusan warga berkumpul di kota Chaung U, wilayah tengah Myanmar, pada Senin, 6 Oktober 2025 malam untuk merayakan festival bulan purnama Thadingyut. Namun, suasana perayaan berubah menjadi kepanikan ketika militer menjatuhkan bom ke tengah kerumunan, menurut keterangan seorang anggota komite penyelenggara festival.

Perempuan tersebut, yang meminta agar identitasnya dirahasiakan demi keamanan, menjelaskan bahwa masyarakat sedang berkumpul untuk festival dan demonstrasi anti-junta sekitar pukul 19.00 waktu setempat ketika ledakan terjadi. Ia mengatakan, serangan itu menewaskan lebih dari 40 orang dan melukai sekitar 80 lainnya.

Baca Juga: Indonesia Desak Kerja Sama Global untuk Atasi Krisis Rohingya dan Myanmar

“Komite memberi tahu orang-orang dan sepertiga dari kerumunan berhasil melarikan diri,” katanya kepada AFP. “Namun, tiba-tiba, sebuah paralayang bermotor terbang tepat di atas kerumunan dan menjatuhkan dua bom di tengah kerumunan.”

“Anak-anak hancur berkeping-keping,” lanjut perempuan tersebut, yang tidak berada di lokasi saat ledakan terjadi, namun menghadiri pemakaman para korban pada Selasa, 7 Oktober 2025/.

Ia menambahkan, setelah paralayang bermotor lain meninggalkan area, warga sekitar segera bergegas membantu para korban. “Sampai pagi ini, kami masih mengumpulkan potongan-potongan tubuh dari tanah, potongan daging, anggota badan, bagian-bagian tubuh yang hancur,” tuturnya.

Seorang warga Chaung U lainnya yang menghadiri acara tersebut membenarkan jumlah korban yang dilaporkan. Ia menceritakan bagaimana kepanikan terjadi begitu orang-orang menyadari ada paralayang bermotor melintas di atas kepala mereka.

Baca Juga: Myanmar Bakal Lakukan Pemilu Akhir Tahun

“Saat saya mengatakan kepada orang-orang ‘tolong jangan lari’, paralayang bermotor itu menjatuhkan dua bom,” ujarnya kepada AFP tanpa menyebutkan nama. “Dua rekan saya tewas tepat di depan saya. Bahkan lebih banyak lagi yang tewas di depan saya.”

Warga tersebut mengatakan bahwa ia baru saja menghadiri pemakaman untuk sembilan temannya yang meninggal akibat serangan tersebut. Laporan media lokal juga mengonfirmasi jumlah korban tewas mencapai sekitar 40 orang.

Hingga Selasa malam, juru bicara junta militer belum dapat dimintai keterangan.

Junta sebelumnya telah mengumumkan rencana pemilu pada 28 Desember mendatang yang disebut sebagai langkah menuju rekonsiliasi nasional. Namun, seorang pakar PBB menilai pemungutan suara itu hanyalah kedok untuk melanggengkan kekuasaan militer.

Sementara itu, kelompok pemberontak bersumpah akan menggagalkan pemilu tersebut. Militer kini terus mengepung wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak dengan tujuan memperluas kendali teritorial menjelang pemungutan suara yang menuai banyak kritik tersebut.

x|close