Ntvnews.id, Gaza - Ketegangan di Jalur Gaza kembali memuncak setelah pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara di sejumlah wilayah, meski perjanjian gencatan senjata masih berlaku.
Aksi tersebut dilakukan usai Israel menuding Hamas melanggar kesepakatan damai yang dirancang berdasarkan proposal Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Otoritas kesehatan Palestina melaporkan, sedikitnya 28 orang tewas akibat gempuran tersebut. Di antara korban, lima orang meninggal saat rumah mereka di kamp pengungsi Bureij dihantam rudal.
Empat lainnya ditemukan tewas di sebuah bangunan di lingkungan Sabra, Kota Gaza, sementara lima korban lain dilaporkan tewas di dalam mobil yang diserang di Khan Younis.
Saksi mata menyebutkan, serangan udara Israel berlangsung terus-menerus hingga Rabu, 29 Oktober 2025 dini hari, menghantam berbagai titik di seluruh Jalur Gaza. Hingga kini, militer Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai operasi tersebut.
Serangan ini terjadi hanya tiga minggu setelah gencatan senjata disepakati. Seorang pejabat militer Israel menuduh Hamas telah melanggar perjanjian dengan menyerang pasukan Israel di area enklave yang berada di bawah kendali Tel Aviv.
Baca Juga: AS Nilai Serangan Israel ke Gaza Bukan Pelanggaran Gencatan Senjata
“Ini adalah pelanggaran gencatan senjata yang terang-terangan lainnya,” ujar pejabat itu seperti dikutip Reuters.
Gencatan senjata yang dimediasi dan didukung Amerika Serikat mulai berlaku sejak 10 Oktober. Kesepakatan itu menghentikan konflik dua tahun yang dipicu oleh serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. Namun, di lapangan, kedua pihak saling menuding telah melanggar perjanjian.
Wakil Presiden AS JD Vance, yang baru saja melakukan kunjungan ke Israel, menyampaikan keyakinannya bahwa gencatan senjata tersebut masih bertahan. “Gencatan senjata masih bertahan,” kata Vance.
Baca Juga: Netanyahu Perintahkan Serangan Dahsyat ke Gaza
“Itu tidak berarti bahwa tidak akan ada gesekan kecil di sana-sini. Kami tahu Hamas atau pihak lain di Gaza menyerang seorang tentara (Israel). Kami berharap Israel akan merespons, tetapi saya pikir perdamaian Presiden (Trump) akan bertahan meskipun demikian,” tambahnya.
Pada hari yang sama, media Israel melaporkan adanya baku tembak antara pasukan Israel dan pejuang Hamas di Rafah, Gaza selatan. Namun, Hamas membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut dan menegaskan bahwa mereka tetap berkomitmen terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya juga menuduh Hamas melanggar gencatan senjata karena menyerahkan jasad sandera yang salah.
Menurut Netanyahu, jasad yang diserahkan adalah milik Ofir Tzarfati, warga Israel yang tewas dalam serangan 7 Oktober 2023. Sebagian jasad Tzarfati sendiri sebelumnya telah ditemukan oleh pasukan Israel selama operasi militer di Gaza.
ilustrasi: Asap mengepul menyusul serangan Israel, di Gaza, Senin (9/10/23). (ANTARA)