Trump: Israel Akan Kehilangan Dukungan AS Jika Mencaplok Tepi Barat

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 24 Okt 2025, 09:09
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Dedi
Editor
Bagikan
Arsip foto - Presiden AS Donald Trump berjalan menuju Gedung Putih di Washington, DC, Amerika Serikat, Jumat 10 Oktober 2025. ANTARA/Xinhua/Hu Yousong Arsip foto - Presiden AS Donald Trump berjalan menuju Gedung Putih di Washington, DC, Amerika Serikat, Jumat 10 Oktober 2025. ANTARA/Xinhua/Hu Yousong (Antara)

Ntvnews.id, Moskow - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa Israel akan kehilangan seluruh dukungan dari Amerika Serikat jika melakukan pencaplokan terhadap wilayah Tepi Barat, Palestina. Pernyataan tersebut ia sampaikan pada Kamis 23 oktober 2025.

Trump menuturkan bahwa pencaplokan semacam itu tidak akan terjadi, karena dirinya telah memberikan janji kepada negara-negara Arab serta menyebut bahwa AS telah memperoleh dukungan besar dari mereka.

“Israel akan kehilangan seluruh dukungannya dari Amerika Serikat jika itu terjadi,” katanya kepada harian Time ketika ditanya mengenai konsekuensi yang akan dihadapi Israel apabila benar-benar menganeksasi Tepi Barat.

Trump juga menambahkan bahwa situasi di Timur Tengah akan menjadi lebih baik di bawah kepemimpinannya, namun memperingatkan bahwa kondisi tersebut bisa memburuk jika digantikan oleh presiden yang tidak dihormati oleh pihak-pihak di kawasan tersebut.

Baca Juga: Hamas: Israel Harus Bertanggung Jawab Atas Kerusakan Gaza

“Jika presiden yang buruk datang, itu bisa berakhir dengan sangat mudah. Jika mereka menghormati presiden, itu akan menjadi perdamaian jangka panjang yang indah,” ujar Trump.

Sebelumnya, pada September lalu, Trump telah menyatakan bahwa ia tidak akan mengizinkan Israel mencaplok wilayah Tepi Barat.

Situs berita Axios, yang mengutip sumber anonim yang memahami isu tersebut, melaporkan bahwa Gedung Putih telah menyampaikan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa melanjutkan konflik di Timur Tengah hanya akan semakin mengisolasi Israel di kancah internasional.

Trump juga telah mengusulkan rencana perdamaian di Gaza yang berisi 20 poin, disampaikan pada 29 September. Rencana tersebut mencakup seruan untuk gencatan senjata segera dengan syarat pembebasan seluruh sandera dalam waktu 72 jam.

Dalam rencana itu, Trump menyarankan agar Hamas atau kelompok bersenjata Palestina lainnya tidak dilibatkan dalam pemerintahan baru Gaza, dan pengelolaan wilayah tersebut diserahkan kepada komite teknokrat di bawah pengawasan badan internasional yang dipimpin oleh Trump sendiri.

Baca Juga: Pemerintah Gaza Tuduh Israel Langgar Gencatan Senjata, 97 Warga Palestina Tewas

Pada 9 Oktober, Israel dan Hamas dikabarkan telah mencapai kesepakatan untuk melaksanakan tahap pertama rencana tersebut, dengan tujuan mengakhiri konflik bersenjata di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama dua tahun.

Kemudian pada 13 Oktober, Trump bersama Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani deklarasi gencatan senjata di wilayah kantong Palestina itu.

Kesepakatan tersebut mensyaratkan Hamas untuk membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan telah ditahan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Sebagai gantinya, Israel membebaskan 1.718 tahanan Palestina dari Gaza serta 250 tahanan Palestina lainnya yang ditahan di penjara-penjara Israel.

(Sumber : Antara)

x|close