WHO: Gaza Masih Dilanda Kelaparan Meski Gencatan Senjata Berlaku

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 24 Okt 2025, 09:08
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Dedi
Editor
Bagikan
Arsip foto- Seorang anak bersama pengungsi lainnya menunggu pembagian makanan gratis dari pusat distribusi makanan di Kota Gaza, Palestina 14 Juli 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa. Arsip foto- Seorang anak bersama pengungsi lainnya menunggu pembagian makanan gratis dari pusat distribusi makanan di Kota Gaza, Palestina 14 Juli 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa. (Antara)

Ntvnews.id, Janewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis memperingatkan bahwa kondisi kelaparan dan penderitaan di Gaza masih sangat parah, meskipun saat ini gencatan senjata telah diberlakukan.

WHO menyoroti bahwa tingkat bantuan kemanusiaan belum menunjukkan perbaikan signifikan, sementara evakuasi medis masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut.

“Gencatan senjata yang diumumkan dua minggu lalu masih rapuh dan telah dilanggar, tetapi tetap berlaku, yang merupakan kabar baik bagi semua orang,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa.

“Namun, krisis ini masih jauh dari selesai, dan kebutuhannya sangat besar," tambahnya. 

Tedros menegaskan bahwa belum ada peningkatan jumlah bantuan sejak gencatan senjata diberlakukan, meskipun ada sedikit peningkatan volume bantuan yang masuk. Namun, menurutnya, bantuan tersebut masih hanya sebagian kecil dari kebutuhan yang sebenarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa pemulihan dari kelaparan membutuhkan waktu lebih lama, dan menambahkan bahwa sebagian besar truk yang kini masuk ke Gaza adalah truk komersial. Kondisi itu, katanya, tidak banyak membantu karena sebagian besar warga tidak mampu membeli barang-barang yang dijual.

Baca Juga: Israel Habiskan Rp824 Miliar untuk Iklan Propaganda Bantah Isu Kelaparan di Gaza

Terkait evakuasi medis, Tedros memperingatkan bahwa “evakuasi medis seminggu sekali tidaklah cukup,” apalagi hanya dengan satu atau dua jalur yang tersedia untuk operasi tersebut. Ia pun menyerukan kepada Israel agar mengizinkan pasien bepergian ke Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, guna mendapatkan perawatan medis yang mendesak.

“Bagi sebagian orang, penundaan berarti kematian,” ujarnya, sambil menambahkan bahwa 700 orang telah meninggal dunia saat menunggu evakuasi.

Tedros menekankan bahwa sekitar 15.000 pasien, termasuk 4.000 anak-anak, memerlukan perawatan di luar Gaza, dan ia mendorong negara-negara lain untuk menerima lebih banyak pasien guna menyelamatkan nyawa mereka.

Selain itu, ia mendesak agar semua jalur penyeberangan, termasuk Rafah, segera dibuka. Menurutnya, penyeberangan Rafah seharusnya sudah dibuka sejak minggu lalu, sementara bantuan dalam jumlah besar kini menumpuk di Al-Arish, Mesir, yang siap dikirim ke Gaza segera setelah jalur dibuka.

Tedros menjelaskan bahwa rencana gencatan senjata 60 hari WHO membutuhkan pendanaan sebesar 45 juta dolar AS (sekitar Rp748,1 miliar) untuk menjaga keberlangsungan layanan penyelamatan jiwa, memperkuat pengawasan penyakit, dan mengoordinasikan mitra kemanusiaan. Namun, ia memperingatkan bahwa pemulihan penuh sistem kesehatan Gaza akan membutuhkan dana setidaknya 7 miliar dolar AS (sekitar Rp116,38 triliun).

Lebih lanjut, Tedros menyampaikan bahwa lebih dari 170.000 orang terluka, termasuk 5.000 orang yang harus diamputasi dan 3.600 orang dengan luka bakar serius, sementara sekitar satu juta orang memerlukan dukungan kesehatan mental akibat dampak konflik yang berkepanjangan tersebut.

(Sumber : Antara)

x|close